INILAH.COM, Sydney – Untuk pertama kalinya, CEO maskapai penerbangan terbesar Australia, Qantas, mengakui bahwa dirinya Gay.
Alan Joyce, dalam sebuah wawancara dengan majalah pria GQ mengungkapkan beberapa sisi dirinya yang tak pernah diketahui masyarakat.
Seperti kanker prostat yang ia idap tahun lalu dan gajinya yang mencapai lima juta dolar Australia. Ia membela jumlah itu, menyatakan pilot yang dibayar per jam menerima lebih banyak.
Joyce yang sebenarnya tak menutupi dirinya gay, tinggal bersama seorang pria Selandia Baru sejak 1999. Ia menceritakan saat harus mengakui orientasi seksualnya itu kepada keluarganya.
Ia juga memaparkan perjuangan hidupnya saat masih tinggal di Dublin, Irlandia. Ibunya seorang tukang bersih-bersih dan ayahnya buruh pabrik rokok.
Di Qantas, Joyce mengakui gajinya lebih sedikit ketimbang saat ia menjadi CEO maskapai Jetstar, lima tahun lalu.
“Qantas sebenarnya membayar saya lebih sedikit ketimbang 100 perusahaan top Australia lainnya. Saya bahkan orang dengan gaji tertinggi di Qantas,” tuturnya.
Joyce menjabat sebagai CEO Jetstar pada 2003, setelah bekerja di maskapai yang kini merosot, Ansett. Ia menjadi CEO Qantas pada November 2008.
Qantas dikenal sebagai maskapai modern teraman dunia dengan catatan bersih tanpa korban jiwa, meski juga mengalami beberapa insiden kecil.