Search
Close this search box.

Baru-baru ini di London utara ada seorang guru yang mendirikan sebuah lembaga amal untuk mengatasi homofobia di sekolah.

Suran Dickson, 34, yang selama 12 tahun telah mengajar di sekolah-sekolah di utara London dan Selandia Baru, membentuk kelompok untuk mendorong LGBT model peran untuk berbicara dengan murid.

Cara mengatasinya yaitu dengan mengadakan pembicaraan keragaman di sekolah dan lokakarya bagi para guru.

Berdasarkan penelitian oleh lembaga hak asasi gay Stonewall, 90 persen guru sekolah menengah dan 40 persen guru sekolah dasar melihat adanya intimidasi homofobia di antara para siswa, tetapi banyak yang yakin tentang bagaimana untuk menangani masalah ini.

Ms Dickson mengatakan ia memutuskan untuk mendirikan lembaga setelah menyaksikan intimidasi anti-gay dan mendengar kasus bunuh diri remaja LGBT.

Dia berkata: “Saya sangat percaya bahwa dengan menyediakan contoh tauladan bagi LGBT muda, kita dapat memiliki efek positif pada statistik negatif. Kita bisa memberi mereka harapan bahwa kehidupan yang bahagia atau berhasil dengan teman-teman yang mencintai dan keluarga yang tidak keluar dari jangkauan mereka.

“Mengaktifkan kelas ke seluruh anak muda untuk mendengar dari contoh orang dewasa yang tidak memiliki masalah dengan perbedaan yang dimilikinya dan mendorong semua siswa untuk menjadi empati dan menerima.”

Amal mengatakan bahwa model peran yang dapat LGBT atau lurus, selama mereka “menunjukkan adalah bahwa hal itu ok untuk menjadi berbeda”.

Tokoh yang dijadikan contoh teladan Bindya Solanki, seorang lesbian keturunan Gujarat, dan Stirling Martin, seorang pengusaha gay yang berbicara tentang seorang anak menjadi seorang pengganggu.

Saat ini, Ms Dickson sedang mencari dana untuk amal.

Penerjemah : Rikky
Gambar : http://www.pinknews.co.uk/2011/08/05/teacher-sets-up-new-charity-to-tackle-anti-gay-bullying/