Search
Close this search box.

Mungkin benar usai sudah segala kelaparanku, mungkin benar usai sudah segala ketakutan-ketakutanku akan segala kekurangan kekurangan-kekurangan dan ketidak mampuan-ketidak mampuanku selama ini, dan mungkin benar usai pula segala rintih duka kehidupanku yang kata orang selama ini mengganggu mata dan telinga super ego  mereka itu,,,

Genap 1 wulan sudah aku bekerja lagi, kali ini aku mencoba menata kembali kehidupanku, mencoba memperbaiki dan tidak mengulang kembali segala kesalahanku dimasa silam, mencoba HIDUP BARU, gaya hidup yang menurut sebagian  orang sangatlah ideal, setidaknya ideal bagi mereka yang menghamba kepada kemapanan.

Bahagia, yah memang aku rasakan bahagia kini.

Bukan berniat menyobong, namun ini adalah nyata, bagaimana ketika aku tak pernah kelaparan lagi, tak harus mengemis sereceh demi sereceh penyambung nafas ini dengan menghamba-hamba bahkan mengesampingkan malu serta menebalkan telinga atas segala ujar yang sungguh menusuk telinga dan relung nurani kemanusiawianku.

Puas, yah memang juga puas aku rasakan kini.

Bukan bermaksud jadi pendendam, namun nyata aku kini tak harus lagi merasa iri ketika orang punya apa yang tak kumiliki, karena aku tinggal bersabar beberapa bulan saja, sudah pasti aku mampu membelinya dengan hasil keringatku yang pasti jumlahnya dan pasti kudapatkan; akupun tak perlu lagi menunduk-nunduk, menghamba-hamba kepada kehidupan para borjuis.

AKU KINI MAPAN, AKU TAK LAGI ANTI KEMAPANAN seperti apa yang dikatakan saudara-saudaraku kala aku jadi pekerja kemanusiaan bahwa hidupku sangat kacau kala aku jadi pekerja yang disebut orang berjenis profesi AKTIVIS itu.

Lucu memang, bekerja sebagai pekerja kemanusiaan yang siang malam mencurahkan segala pikiran dan tenaga hanya untuk membantu dan memberdayakan mereka yang tak terwakili, di negeri ini justru dianggap orang sebagai pekerjaan yang tak punya masa depan, bahkan kata sebagian saudaraku adalah kegiatan yang: ANEH-ANEH SAJA!

Benar aku kini jadi manusia yang lebih menghargai waktu, menjadi orang yang sungguh punya sejuta rutinitas yang padat namun menghasilkan konpenasasi yang mungkin bisa menjadikanku kaya raya.

Sialnya, aku kini justru mulai dijauhi oleh rekan-rekan seperjuangku dulu, aku dibilang pengkhianat idealisme, antek kapitalis bahkan ada yang menyebutku tak ingat lagi penderitaan orang lain alias TAK LAGI HUMANIS!

Aku memilih wakili tangisku sangkalanku dengan tertawa, karena aku sadar benar, mereka tak ahu apa sejatinya rasa yang berkecamuk bahkan nyaris berperang badar didalam nurani terdalamku saat ini.

Mungkin benar aku kini MUNAFIK, namun setidaknya otakku, idealismeku tak pernah berubah, aku tetap jadi manusia yang kritis, humanis dan tak pernah jadi pengecut ketika melihat apa yang tidak benar serta merugikan orang lain. Kalian bisa pegang ucapanku ini.

Seperti petuah Almh.Mamaku: “Kalau kamu harus tak jadi lagi pekerja kemanusiaan, kamu ya harus mampu JADI SYETAN YANG BERNURANI DAN BEROTAK MALAIKAT, kamu harus jadi Robin Hood”

Mungkin memang naive, tapi inilah aku sejatinya, kini aku memang dari luar terlihat menyandar kepada kapitalisme karena aku memang sedang mencoba untuk BERTAHAN HIDUP, namun lepas dari itu semua aku sejatinya tengah mencoba menjadi malaikat “Abu-Abu” yang sedang belajar soal HITAM dan PUTIH; Bukankah kita takkan pernah tahu hitam itu pekat bila kita selalu berkutat kepada putih saja?

AKU MEMANG MUNAFIK, YA AKU AKUI!!! aku kini kembali kepada selubung hidupku, AKU HARUS MENYEMBUNYIKAN JATI DIRIKU, kembali menjadi aktor, MENGESAMPINGKAN ORIENTASI SEKSUALKU bahkan harus bersandiwara dengan deraian tangis yang tak nampak, ketika mendengar hujatan-hujatan dan  tawa lecehan terhadap sesamaku, ketika kawan-kawan sekantorku tengah memperbincangkan apa yang mereka sebut sebagai: BANCI!!!

Aku jadi banci yang harus berperan sebagai heteroseksual yang menghamba kepada HETERONORMATIFITAS, karena ketika orang tahu aku adalah homoseksual, maka bukan tidak mungkin aku akan kehilangan semua ini, meski mungkin hanya sekadar ketakutan sesaatku saja, karena aku tahu benar bahwa bukan sedikit manusia waras yang bisa menerima dan hidup berdampingan dengan keberbedaan, dimana homoseksual sepertiku bisa diterima sebagai layaknya manusia lain.

AKU BANGKIT LAGI, namun aku kini juga JADI MANUSIA MUNAFIK, karena apa yang orang-orang dikantorku tahu tentangku saat ini, BUKANLAH AKU YANG SEJATINYA… AKU MEMAINKAN EPISODE BARU SINETRONKU LAGI…

Jakarta, 02 Juli 2011

Donny Suryono PSH
www.rumahdspsh.co.tv