Patriarki dan Lesbian: Sebuah Tinjauan Sejarah

Suarakita.org- Di era kekinian ini, aneh rasanya jika kita, para akademisi muda tidak membicarakan hal-hal berbau gender. Sebut saja kedua tema diatas: Patriarki dan lesbian. Kedua tema tersebut telah melanglang-buana dibahas dalam berbagai jenis diskusi, mulai dari diskusi serius berbasis jurnal, debat kusir di media sosial sampai diskusi abal-abal mahasiswa di kantin-kantin kampus.

Yang Penting Kadar Hormon Tidak Berlebih

Suarakita.org- Suara Kita bekerja sama dengan Persatuan Priawan Indonesia mengadakan diskusi santai mengenai hormonal replacement teraphy atau biasa disebut terapi hormon. Selasa 17 Maret 2015, di Cikini Jakarta Pusat.

Inklusi LGBT dan Pendapatan per Kapita

Suarakita.org- Berbicara mengenai perjuangan untuk mencapai kesetaraan hak kelompok LGBT (lesbian, gay, bisexual, transgender), tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Telah banyak advokasi yang dilakukan para aktivis LGBT dalam menyuarakan pendapat mereka, namun seakan tidak ada tindakan nyata dari pemerintah untuk mengakomodasi tuntutan tersebut.

[CERPEN] Pada Sebuah Pelabuhan

Suarakita.org- Senja mulai menampakan guratannya pada sela gelembung awan yang menebal. Wajah langit mulai memadam b ersama dengan suara ombak yang tenang. Seseorang terduduk menata pada garis lintang yang tak berujung, sambil menyeruput kopi yang tersisa dan sekali hisapan rokok di tangan. Hati Lukman masih terluka…

[KISAH] Bapakku Tersayang

Suarakita.org- Sahabat saya memutuskan untuk membagi kisahnya tentang bagaimana dirinya bisa mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang gay. Dia mengundang saya ke tempat kosnya yang berada di dekat kampus tempatnya menuntut ilmu di Bandung, Jawa Barat. Sebut saja namanya Ratu (bukan nama asli). Seorang perempuan dengan rambut panjang hitam terurai. November tahun ini Ratu akan berumur dua puluh.

[KISAH] Rianto Manali, Si Penari Lengger

Suarakita.org- Kisah ini tertuang karena dorongan kompleksitas proses ritus tubuh dalam dunia panggung tari yang tak lagi memandang gender sebagai identitas tubuh. Sosok kali ini adalah seorang penari Lengger Banyumasan yang akhirnya memilih untuk menjadikan tubuh dan jiwanya sebagai tubuh kontemporer sekaligus “no-gender”. Ia bernama Rianto Manali, penari gemulai dalam sosok keseharian yang sederhana.