[CERPEN]: Jeritan Hati Seorang Gemblak
Karya: Antok Serean* Klik. Angger menutup teleponnya. Gamang, kabut hitam menyelimuti semesta batin. Suara adik perempuannya menyadarkan, ia belum terpisah dari masa lalu. Kata-kata merajuk bak aliran derita tiada putus,
[CERPEN]: Teruntuk Jodoh Surgaku
Suarakita.org- Pertemuan kami di taman kampus kala itu masih terbayang di pelupuk mataku. Singkat. Berkesan. Kala pertama kali matanya memanah hingga ke relung hatiku. Ini bodoh. Konyol. Bila kusebut ini sebagai cinta pada pandangan pertama. Selama ini aku belum pernah merasakan getar cinta. Bahkan pada seorang cewek sekalipun.
[CERPEN]: Duka Seratus Cambuk
Duka Seratus Cambuk
Penulis: Antok Serean*. Ibu, satu-satunya alasan pulang ke Aceh. Saat semua umat menolaknya, Ibu berlapang dada mengalirkan telaga kata-kata,”Manusia beradab, Nak, harus adil pada diri sendiri, sebelum adil pada orang lain.
[Puisi] : Kematian Kesekian
Puisi Karya Dewi Nova, Kematian Kesekian…Mulanya mereka menyiksa kekasihku yang lelaki
dari malam hingga adzan subuh…
[CERPEN]: Imaji Republik Pelangi
Suarakita.org- “Kamu tahu Republik Pelangi?” tanya sahabatku.
[CERPEN]: Prosa di Sebuah Halte
Suarakita.org- Suara cempreng dua orang waria membangunkan Ferina yang baru saja mau tertidur. Ferina menyeka wajahnya yang basah keringat dengan sapu tangan sambil memperhatikan waria yang sedang menyanyi lagu dangdut disertai goyangan dahsyat itu. Huh, desah Ferina dalam hati.
[CERPEN]: Dasi Kupu Kupu
Suarakita.org- SUAMIKU menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit jantung. Menurut dokter, seorang perempuan cantik memapah dan mengantarnya. Seingatku, suamiku pamit kerja di luar kota. Bagaimana mungkin ia masuk rumah sakit jantung yang berada di depan rumah kami? Diantar perempuan cantik pula? Sumiku berselingkuh?
[CERPEN]: Bayang Nyata
“Ira ingin berubah, ingin kembali normal dan bertobat. Jadi tante mohon sama kamu, jangan ganggu Ira lagi. Kalau kamu memang menyayanginya, biarkan ia hidup bahagia dengan calon suaminya dan keluarganya kelak.” Perempuan baya itu berbicara tanpa melihatku, seolah-olah aku ini adalah sesuatu yang sangat menjijikkan untuk sekedar dilihat.