Search
Close this search box.

Ourvoice.or.id. Pihak berwenang Burma berupaya keras menutup restoran-restoran di beberapa tempat wisata yang sejak lama menghidangkan daging satwa liar dalam menu mereka.

Pagoda Batu Emas di Kyaiktiyo menarik ribuan pengunjung untuk mendaki gunung tinggi dan melihat pemandangan yang menakjubkan di lokasi tersebut.

Restoran saling bersaing untuk meraup uang dolar para wisatawan dan sebagian menyajikan makanan yang tidak biasa, termasuk daging satwa langka.

Htet Ko mengatakan telah menghidangkan daging satwa liar selama 13 tahun, tetapi sejak artikel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Burma, pejabat-pejabat memeriksa restoran keluarganya setiap minggu, sehingga mereka harus menyembunyikan daging itu.

Menurut Ko, Kementerian Kehutanan setempat melarang semua jenis hidangan satwa liar termasuk hidangan terkenal, seperti daging kijang dan daging rusa. Namun, 99 persen pengunjungyang datang menggemari sajian makan berbagai jenis satwa liar. Tempat wisata San Let Tin di kota Kyaiktiyo mungkin bisa membuat orang mengangkat alis karena restorannya bersebelahan dengan satu-satunya kebun binatang di wilayah itu.

Tetapi pengelola tempat wisata Tint Swe Oo menegaskan, pemilik tempat wisata itu adalah penyayang binatang dan mengatakan, tidak seperti di restoran lain, hewan dalam kandang-kandang di sini tidak untuk dimakan.

Lebih lanjut dikatakan Swee Oo, para pemilik restoran yang menghidangkan daging satwa liar harus berhenti menjualnya sekarang juga. Ada banyak jenis daging lain yang bisa dimakan. Satwa liar tidak boleh ada dalam menu. Ia ingin melihat satwa liar hidup di hutan-hutan tanpa diganggu.

“Menghidangkan daging satwa langka sejak lama dilarang di sini, namun penegakannya, sebelum pemerintahan baru, sangat kurang,” kata pejabat kuil U Myint Swe. “Sekarang mereka berhasil menghentikan penjualan daging satwa liar hingga sekitar 80 persen restoran,” lanjutnya.

Pihak kuil U tidak bisa menerima hidangan daging satwa liar di sekitar wilayah suci tersebut. Mereka hanya mengizinkan penjualan daging biasa yang disetujui pemerintah. Beberapa restoran sebelumnya menghidangkan daging satwa liar secara sembunyi-sembunyi. Tetapi, jumlah restoran seperti itu terus berkurang karena adanya pemeriksaan oleh para pejabat.

Sementara itu, para pedagang secara terbuka menjual bagian-bagian tubuh satwa langka sebagai obat tradisional.

Sumber : voaindonesia.com