Search
Close this search box.
Sri Sultan Dan Ratu Hemas Menerima peserta Sekolah Pluralisme Kewargaan CRCS UGM Di Kraton Yogyakarta. (Foto: Hartoyo/Ourvoice)

Ourvoice.or.id – Sri Sultan Sultan Hamengkubuwono X bersedia bertemu dengan kelompok pesantren Waria di Yogyakarta. Hal itu diungkapkan oleh Sultan HB X saat menerima para peserta Sekolah Pluralisme Kewargaan (SPK), Center for Religius and Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada di Kraton Yogyakarta, 21/2/2013.

Saya bersedia bertemu,tapi sebaiknya membuat surat dan memberikan jadwal lebih dari dua supaya lebih mudah menentukan, mungkin akan lebih baik di hari Sabtu pagi atau siang, ungkap Sultan. Akan lebih baik pihak kelompok Waria yang menawarkan jadwal daripada saya yang menentukan jadwal, soalnya mereka (pesantren Waria) ramai sedangkan saya sendirian, jadi akan lebih mudah kelompok pesantren Waria yang menawarkan jadwal kepada saya, ungkap Sultan menjawab pertanyaan peserta tentang rencana pesantren Waria akan bertemu Sultan.

Sultan sendiri sedikit meyinggung tentang pesantren Waria, bagaimana para Waria tersebut harus bekerja “turun kejalan” kemudian hasilnya untuk membangun pesantren Waria, jelas Sultan.

Selain itu dalam pertemuan tersebut Sultan HB X memberikan “wejangan” kepada peserta SPK dan fasilitator bagaimana kegiatan SPK ini dapat dikembangkan juga untuk para aparatur pemerintah di Indonesia. Dan mungkin penting ada ikatan “alumni” setiap angkatan sekolah supaya ada jaringan yang kuat, ungkap Sultan.

Saya usul bagaimana pelatihan ini dapat diberikan oleh aparatur pemerintah, mulai dari Pemda DIY tetapi mungkin jadwalnya disesuaikan dengan jam kerja pegawai negeri sipil, ungkap Sultan.

Menurut Ari Dwipayana dari CRCS bahwa kegiatan SPK ini rencana akan dilaksanakan setiap tahunnya dengan melibatkan bukan hanya aktivis, akademisi tetapi juga politisi dan birokrat, ungkapnya kepada Sultan dalam diskusi tersebut.

Sultan juga bercerita tentang sikapnya terhadap Ahmadiyah,dia bercerita bahwa ketika ada satu moment pertemuan Gubernur se-Indonesia yang dilakukan kementerian Agama, menurut Menteri Agama bahwa dikeluarkannya surat gubernur tentang Ahmadiyah membuat stabilitas bangsa. Pandangan itu langsung ditolak dan diprotes oleh Sultan.

Para Peserta PSK CRCS UGM dijamu makan malam oleh Sri Sultan HB X dan Ratu Hemas. (Foto: Hartoyo/Ourvoice)

Saya tidak setuju pendapat Kemenag, saya tidak membuat keputusan apapun tentang Ahmadiyah di Yogyakarta dan sampai sekarang tidak ada masalah bagi umat Ahmadiyah di Yogyakarta, jelas Sultan. Sikap tidak setuju atas pandangan Kemenag itu juga didukung oleh sikap Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih, cerita Sultan malam itu.

Sultan juga bercerita tentang Kebhinekaan Indonesia, bagaimana kita harus bisa merawatnya bersama. Sultan berbagi pengalaman bagaimana mengelola masyarakat Yogyakarta khususnya pendatang (mahasiswa) yang ada keinginan Pemda Kab/Kota di seluruh Indonesia membuat asrama di Yogyakarta. Rencana ini tentu akan menjadi masalah sendiri di Yogyakarta kalau semua Pemda membuat asrama, terutama soal merawat Kebhinnekaan bangsa ini, ungkap Sultan.

Saya ingin bagaimana sesama para mahasiswa yang di Yogyakarat saling berbaur dari perbedaan etnis dan agama. Karena di Yogyakarta sudah mulai ada kelompok yang melarang satu agama membantu agama lainnya, misalnya saat kasus bencana di Yogyakarta baru-baru ini. Ini sangat mengkuatirkan bagi kebangsaan Indonesia, ungkapnya.

Sultan juga mengingatkan bagaimana konsep Pluralisme di Indonesia tidak serta merta di “ditiru” semua dari konsep luar (Barat) karena keberagaman di Indonesia sangat kompleks, bukan hanya perbedaan aliran saja tetapi juga perbedaan agama, suku dan etnis. Jauh lebih kompleks di bandingkan dengan fakta pluralisme di negeri-negeri Barat,jelas Sultan.

Selain bersanda gurau, para peserta juga diberikan jamuan makan malam bersama Sultan dan Ratu Hemas. Malam itu sangat dekat dan akrab, tidak ada protokoler yang ketat, semua sangat natural ibarat diskusi santai. Sultan dan Ratu hemas saling berbagi pengalaman, dari mulai keserajarahan Kesultanan Yogya, isu keterwakilan perempuan, tentang budaya pernikahan Kraton, Undang-Undang Keistimewaan Yogya sampai tentang Pesantren Waria.

Sekitar pukul 22.00 WIB para peserta meninggalkan Kraton menuju Hotel tetapi sebelumnya foto bersama Sultan HB X dan Ratu Hemas.

Dialog-dialog seperti ini sebelumnya juga dilakukan panitia SPK bersama oleh Rektor UGM, Prof.Pratikno dan Alissa Wahid, putri Almarhum Gus Dur di Hotel University Club UGM, Yogyakarta. (Hartoyo)