Ourvoice.or.id. Kekerasan terhadap waria merupakan salah satu bentuk ketakutan terhadap kaum trangender atau disebut juga transfobia. Derajatnya bervariasi mulai dari sekedar menolak keberadaannya, membenci secara personal hingga tega membunuh.
Dikutip dari Transphobia.org.uk, transfobia didefinisikan sebagai penolakan terhadap ekspresi gender yang dianggap menyimpang. Di antaranya adalah laki-laki yang berperilaku seperti perempuan atau waria, maupun sebaliknya yakni perempuan yang berperilaku seperti laki-laki.
Ekspresi gender yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya ini dilatarbelakangi oleh berbagai macam alasan. Beberapa kaum transgender menggambarkan kondisinya ibarat terperangkap dalam jenis kelamin yang salah, misalnya terlahir sebagai laki-laki meski jiwanya adalah seorang perempuan.
Ada juga yang dilatarbelakangi alasan yang lebih sederhana yakni mencari uang, seperti yang dilakukan beberapa model transgender dan pengamen berpenampilan waria di Jakarta.
Sebutan yang lebih sesuai untuk kelompok ini adalah cross dresser, karena ekspresi gender yang dilakukan hanya sebatas penampilan luarnya.
Transfobia muncul karena perilaku transgender adalah perilaku yang sangat sering dibenturkan dengan norma baik sosial maupun agama. Akibatnya kaum transgender menjadi terpinggirkan, sulit mendapat pekerjaan sehingga banyak yang akhirnya harus hidup keras di jalanan.
Bukan hanya dalam bentuk kebencian dan penolakan, transfobia juga bisa berupa kekhawatiran-kekhawatiran dalam benak seseorang. Ada beberapa tingkatan atau level transfobia yang dikenal, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Level pribadi
Semua orang bisa memiliki transfobia pada tingkatan ini, karena sudah terinternalisasi dalam benak masing-masing sehingga kadang tidak disadari. Bentuknya berupa ketakutan pada kondisinya sendiri, misalnya khawatir dan takut mengakui jangan-jangan dirinya sendiri adalah seorang transgender.
2. Level interpersonal
Pada tingkatan ini, transfobia diwujudkan dalam sikap diskriminatif dan kebencian secara personal. Ketidakmampuan untuk menerima keberadaan kaum transgender bisa diwujudkan dalam bentuk paling halus seperti anjuran untuk bertobat, hingga bentuk-bentuk yang lebih kasar misalnya mengolok-olok.
3. Level komunitas
Bentuk transfobia di level sosial dan komunitas berwujud pembiaran oleh lingkungan terhadap tindak kekerasan. Gerakan-gerakan sosial menentang keberadaan kaum waria merupakan salah satu contoh transfobia di level komunitas.
4. Level sistemik
Transfobia di level sistemik adalah ketakutan terhadap transgender yang dilegalisasi oleh hukum, kebijakan pemerintah maupun norma agama. Contohnya adalah keringanan hukum yang diterima para pembunuh Gwen Araujo, wanita transgender di California tahun 2002. Para terpidana mengajukan trans panic defense, yakni pembelaan hukum dengan dalih terpaksa membunuh karena panik waktu bertemu kaum transgender.
Sumber : ceritamu.com