Komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) mendorong agar peringatan Hari Sumpah Pemuda dijadikan momentum untuk menghapus diskriminasi terhadap kelompok termarjinalisasi.
“Sumpah Pemuda 28 Oktober ini adalah tonggak sejarah dimana seluruh rakyat Indonesia menyatu dengan segala perbedaan, bukan cuma perbedaan suku, tetapi juga identitas gender dan orientasi seksual,” ujar Hartoyo, Sekretaris Jenderal Ourvoice, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang advokasi hak kelompok LGBT, Minggu (28/10).
Ia menambahkan Sumpah Pemuda harus menjadi pilar pemersatu yang bisa menghapuskan segala jenis diskriminasi.
Hartoyo mengatakan dirinya sangat prihatin melihat semakin maraknya diskriminasi terhadap kelompok termarjinalisasi seperti LGBT.
Menurutnya, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia yang menyatakan 65 persen masyarakat Indonesia merasa tidak nyaman bertetangga dengan kaum homoseksual adalah bukti masih maraknya diskriminasi.
Hal ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat berpendidikan rendah, 32,2 persen masyarakat dengan latar belakang tinggi juga merasa tidak nyaman bertetangga dengan orang berlatar belakang agama lain dan orientasi seksual yang berbeda.
“Hal ini membuktikan diskriminasi di Indonesia masih sangat menakutkan,” kata Hartoyo.
Dia mengatakan kelompok LGBT mempunyai potensi yang luar biasa dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa Indonesia.
“Dalam keadaan negara tidak ramah saja kaum LGBT tetap sangat produktif dalam bidang seni dan keindahan, kalau didukung dan dipermudah oleh negara potensi dan produktivitas ini bisa meningkat berkali-kali lipat,” ungkapnya.
