Kita Tidak Sakit, Hanya Dipinggirkan

Oleh: Khairiah El Marwiah*

SuaraKita.org – Kesehatan sering dipahami sebagai urusan rumah sakit, obat, dan fasilitas medis semata. Padahal, ia bermula dari hal-hal sederhana, seperti akses air bersih, makanan bergizi, lingkungan yang aman, dan pengakuan sosial yang adil. Ketika hal-hal ini tidak terpenuhi, kelompok yang rentan menjadi pihak pertama yang terdampak. Mereka bukan gagal menjaga tubuh, tetapi sistem yang gagal menjamin keselamatan mereka. Kesehatan seharusnya menjadi hak setiap orang, bukan sekadar layanan yang bisa dipilih.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi stunting nasional mencapai 30,8 persen, sebagian besar terjadi pada keluarga berpenghasilan rendah. Di dunia, lebih dari 4,5 miliar orang masih tidak memiliki akses layanan kesehatan dasar yang layak World Health Statistics 2022. Di balik angka itu ada anak yang tumbuh dalam ketidakpastian, ibu yang menunggu berjam-jam di puskesmas, dan keluarga yang menanggung biaya transportasi tinggi. Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi realitas yang membentuk pengalaman hidup banyak orang.

Ketimpangan juga bisa terlihat dalam layanan kesehatan ibu dan anak. Profil Kesehatan Indonesia 2023 mencatat lebih dari empat ribu kematian ibu pada tahun tersebut. Banyak di antaranya disebabkan oleh keterbatasan tenaga medis, fasilitas yang jauh, dan biaya transportasi yang tinggi. Perempuan hamil harus menempuh jarak yang panjang untuk pemeriksaan rutin. Tubuh mereka menjadi medan perjuangan karena sistem yang tidak menjamin akses.

Diskriminasi dan stigma membuat keadaan semakin kompleks. Penyintas HIV hanya sekitar 62 persen yang menjalani terapi ARV secara konsisten Kemenkes 2022. Orang dengan gangguan mental juga menghadapi hambatan serupa. Banyak yang menunggu pertolongan tetapi tidak mendapatkan dukungan penuh. Mereka tidak sakit karena lemah, tetapi karena sistem tidak memberikan mereka ruang untuk didengar dan dilayani secara adil.

Perempuan dengan disabilitas menghadapi tantangan tambahan. Laporan Komnas Perempuan 2024 mencatat berbagai hambatan dalam layanan kesehatan yang ramah dan aksesibel. Mereka datang untuk mendapatkan perawatan tetapi sering mengalami perlakuan tidak manusiawi. Keluhan mereka sering tidak dianggap penting oleh sistem. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan berubah dari hak menjadi fasilitas yang hanya bisa diakses oleh sebagian orang.

Ruang digital mulai menjadi tempat berbagi informasi dan perlindungan. Komunitas membagikan daftar klinik yang ramah, tenaga medis yang mendengarkan, atau jalur bantuan yang mudah diakses. Cerita, foto, dan pengalaman menjadi bukti bahwa layanan manusiawi masih mungkin ditemukan. Suara yang saling menguatkan ini membantu menunjukkan bagaimana hak kesehatan seharusnya dijalankan. Kesehatan diukur dari sejauh mana manusia bisa memasuki layanan tanpa rasa takut atau diskriminasi.

Perubahan tidak lahir dari kebijakan yang hanya tercantum di atas kertas. Ia muncul ketika sistem berani mengakui kekurangan dan membangun layanan yang dekat dengan warga. Cerita pasien dihargai sama seperti data laboratorium, dan keputusan medis dibuat tanpa memandang status sosial, gender, atau disabilitas. Tenaga kesehatan yang mau mendengar dan memahami sudah cukup menumbuhkan kepercayaan yang hilang bertahun-tahun. Dengan pendekatan ini, kesehatan bukan janji semu tetapi nyata dirasakan semua orang. Kita Tidak Sakit, Hanya Dipinggirkan menjadi pengingat bahwa hak atas kesehatan adalah hak setiap manusia, tanpa pengecualian.

 

Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2023. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Program HIV/AIDS 2022. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan 2024. Jakarta

Universitas Gadjah Mada. Pusat Studi Kesehatan Jiwa Masyarakat. Evaluasi Penanganan Depresi dalam Pelayanan Kesehatan Primer. 2021

World Health Organization. World Health Statistics 2022. Geneva

 

 

*Penulis adalah seorang Copywriter berdomisili di Mojokerto, Jawa Timur. Sapa penulis melalui akun Instagram @Khairiahelmarwiahhrp