SuaraKita.org – Para peneliti di The Wistar Institute, sebuah pusat penelitian biomedis internasional terkemuka di bidang kanker, imunologi, penyakit menular, dan pengembangan vaksin, telah menemukan senyawa nabati yang menjanjikan yang menargetkan reservoir HIV yang persisten pada pasien HIV-positif.
Sebuah makalah yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Antimicrobial Agents and Chemotherapy mengidentifikasi hopeaphenol sebagai senyawa nabati yang memiliki sifat antivirus HIV yang efektif.
Lebih penting lagi, senyawa tersebut membantu menghambat pengaktifan kembali “reservoir virus” yang bertahan setelah terapi anti-HIV di dalam sel kekebalan manusia. Reservoir virus juga dapat membuat virus baru kapan saja, bahkan ketika pasien sedang menjalani terapi anti-retroviral (ART) dan tidak menunjukkan gejala.
“Ini penting karena terapi anti-HIV dapat menghentikan gejala, tetapi tidak menghilangkan potensi reservoir HIV yang mendasarinya untuk muncul kembali,” kata penulis utama Ian Tietjen, Ph.D. dalam sebuah pernyataan. “Virus ini masih ada dan masih sedikit aktif dan sistem kekebalan menjadi tertekan.
Para peneliti melakukan dua percobaan yang berbeda, yang pertama menggunakan limfosit terisolasi – atau sel darah putih – dari darah manusia HIV-positif, yang kedua menggunakan sel T CD4+ – atau “sel T penolong” – dari pasien HIV-positif yang memakai ART. Virus berhenti bereplikasi setelah tes pertama, dan tes kedua menunjukkan bahwa hopeaphenol mampu menghambat reaktivasi virus.
“Observasi ini menunjukkan kepada kami bahwa hopeaphenol, selain dapat menghentikan replikasi dan penyebaran aktif, juga dapat membantu membungkam reservoir HIV dengan menghambat reaktivasi virus yang tidak dapat dilakukan oleh obat anti-HIV saat ini” kata Tietjen.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hopeaphenol dapat ditoleransi dengan baik di antara model hewan, dan isolasinya dapat dengan mudah ditingkatkan karena keberadaannya di berbagai tanaman.
Meskipun studi lebih lanjut masih diperlukan sebelum harapan hopeaphenol benar-benar dapat diuji pada manusia, Kata Ian Tietjen, “Saya pikir pada waktunya itu bisa menjadi aditif yang menjanjikan di atas antiretroviral yang ada sebagai terapi anti-HIV yang lebih manjur.” (R.A.W)
Sumber: