Search
Close this search box.

Ibuku Seorang WariaTransgender: Small Family Chintya

Lemari kayu berkaca besar mengambil tempat cukup banyak di ruangan kamar yang disewa Fernandes Chintya Maramis, Ketua Himpunan Waria Solo (Hiwaso). Di dalam lemari itu tertata rapi belasan tas tiruan merek terkenal mulai Louis Vuitton, Hermes, Prada hingga Chanel. Semua tas dalam kondisi terawat dengan busa di bagian dalam agar bentuk tasnya tak berubah.

Di sebelah lemari tas, Chintya menaruh satu lagi satu lemari kecil. Kali ini perabot itu ia gunakan untuk menyimpan koleksi sepatu yang jumlahnya tak kalah banyak dengan koleksi tas. Warna dan motifnya pun bermacam-macam meski kentara Chintya penggemar berat high heel.

Pasangan Chintya kelihatan tak peduli dengan tamu yang datang. Laki-laki itu tetap asyik bermain Play Station dekat lemari sepatu. Chintya mengaku sudah 18 tahun hidup bersama pasangan yang ia anggap sebagai suaminya itu.

Kenangan Chintya tertambat saat kali dirinya tinggal di rumah yang ia beli. Rumah itu berlokasi di Jebres. “Dekat rumah saya ada keluarga yang sangat miskin tapi anaknya banyak. Nah di kondisi seperti itu masih lahir lagi seorang bayi merah,” ujarnya di rumah yang sekaligus Kantor Hiwaso itu, pekan lalu.

Kasihan melihat sang ibu yang kerepotan mengurus rumah dan anak-anaknya, Chintya menawarkan diri merawat bayi itu. Awalnya sang ibu tak setuju dengan alasan tak punya uang untuk menggaji Chintya. “Tapi saya bilang tak usah digaji. Saya ikhlas kok,” tuturnya lagi.

Sejak itulah Chintya mengaku merawat bayi tetangganya hingga sekarang. “Sudah saya adopsi bahkan,” katanya dengan nada bangga.

Chintya menunjukkan sebuah foto keluarga. Anak perempuan yang dulunya kecil kini sudah menjadi besar. “Sekarang sudah SD. Cepat sekali ya. Dia sekarang tinggal di rumah Jebres karena kalau tinggal bersama saya di kontrakan ini lingkungannya tidak bagus. Tahu sendiri kan bagaimana lingkungan dekat terminal,” tambah dia.

Chintya menyewa seorang pengasuh, Menyekolahkan anak, menutup kebutuhan bulanan, butuh biaya tak sedikit. Gaji bulanan pasangan yang berprofesi sebagai juru parkir (jukir) jauh dari kata cukup.

Menyiasatinya, Chintya membuka bisnis jual-beli tas, baju hingga sepatu kecil-kecilan. Dianggap rekan-rekannya memiliki selera fashion yang lumayan, dagangan Chintya pun laris manis. Susahnya, kebanyakan waria berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Bisnis itu dijalankan dengan sistem kredit dengan beberapa kali pembayaran.

Meski tak mengenyam pendidikan tinggi, Chintya tahu betul pendidikan tinggi sangat dibutuhkan anak angkatnya agar tak hidup seperti yang dia alami saat ini. Oleh sebab itulah Chintya menyiapkan tabungan pendidikan supaya sang anak kelak bisa menempun pendidikan tinggi dan membuat bangga dirinya.

“Sebenarnya sekarang ini pun saya sudah sangat bangga kepada anak saya. Berkali-kali diejek temannya karena punya ibu waria, anak saya itu sama sekali tak pernah merasa minder. Sejak kecil dia punya rasa percaya diri yang sangat besar. Satu lagi yang membuat saya bahagia adalah kasih sayangnya kepada saya.”

sumber : solopos.com

Large glazed wood cabinets took place pretty much in a room rented rooms Chintya Maramis Fernandes, Chairman of the Association of Transvestites Solo (Hiwaso). In the closet were neatly arranged dozens of famous brand replica handbags from Louis Vuitton, Hermes, Prada to Chanel. All bags in manicured condition with foam on the inside of the bag so that the form has not changed.

Next to the closet bags, Chintya put another one small closet.This time the furniture that he used to store a collection of shoes that did not lose a lot of numbers with a collection bag. Color and motives vary Chintya despite obvious fan of high heel.

Chintya couples seem indifferent to the guests. The man was still busy playing Play Station near the shoe closet. Chintya admitted that he had 18 years of living with a partner who he regarded as her husband.

Chintya memories tied at times he lived in the house that he bought. The house is located in Jebres. “Near my house there is a very poor family but his son a lot. Well in such conditions is still an infant born again red, “he said in the house that once Hiwaso’s Office last week.

Sorry for the inconvenience the mother’s home and take care of her children, Chintya offered to keep the baby. At first the mother did not agree with the reasons do not have the money to hire Chintya. “But I say do not have to be paid. My sincere anyway, “she added.

Since then Chintya neighbors caring for infants admitted to the present. “I have even adopted,” he said proudly.

Chintya shows a family photograph. Little girl who used to be great now. “Now it is SD. Yes very quickly. He now lives in the house Jebres because when you live with me in this environment is not a good contract.Know how the environment near the terminal, “he added.

Chintya hire a nanny, Sending children to school, close the monthly requirement, would cost no less.Monthly salary of a partner who works as a park interpreter (jukir) far from sufficient.

As a workaround, open Chintya business buying and selling handbags, dresses up a small shoe.Considered his colleagues have a good fashion sense, Chintya merchandise was selling well. The trouble, most transvestites are from middle to lower economic groups. The business was run by a credit system with payments several times.

Although no higher education, higher education Chintya know very well is needed to foster children do not live like that he experienced at this time. That is why Chintya set up so that the child’s education savings could menempun future of higher education and make him proud.

“Actually, at this very moment I was very proud of my son. Repeatedly mocked his friend as a drag queen mother, my son had never felt inferior. Since childhood he had a sense of confidence that is very large.One more thing that makes me happy is his affection to me. ”