Search
Close this search box.

[Kisah] Kamu Berhak untuk Merdeka, Nak

Oleh: Hartoyo*

SuaraKita.org – Bertemu dengan seorang anak lelaki berusia 17 tahun, mengaku diri sebagai gay. Bahkan cukup percaya diri sebagai gay. 

Sejak kecil kedua orang tua bercerai, ibu pergi menjadi TKI dan ayah menikah lagi. Hidup berjuang sendiri di Bandung.

Sejak kelas 3 SD sampai SMP tinggal bersama pamannya yang bertugas di Pesantren. Tapi, sejak bersama pamannya anak itu dieksploitasi seksual sampai SMP. Nafsu biadab pamannya selalu dilampiaskan pada anak itu, hampir tiap malam. Dan dilakukan seperti tidak ada masalah.

Bahkan pamannya pernah mengajak temannya yang lain untuk memperkosa keponakan sendiri secara bersama-sama, dengan cara diikat. 

Sekarang pamannya sudah meninggal, menurut informasinya karena HIV. Dan anak itu harus mewarisi virus HIV di tubuhnya.

Aku tak sanggup mendengarkan detail ceritanya, karena terlalu mengerikan buatku. 

Aku tanya, apakah kamu butuh konseling? Jawabnya, aku cukup bisa memulihkan diriku mas. Dia bahkan sudah terbuka kalau dirinya HIV pada publik. 

Walau aku sempat beritahu, sebaiknya tidak perlu memberitahu status HIV-mu pada semua orang. 

Tapi dalam cerita yang kelam itu. Dia bercerita, bahwa dirinya sedang mempersiapkan masuk perguruan tinggi negeri.  Sudah dua tahun dia mempersiapkannya. Dia sendiri alumni sekolah kejuruan farmasi.

Tidak tanggung-tanggung, dia mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Indonesia. Dia ingin masuk jurusan Farmasi atau Filsafat UI. 

Aku tanya, kenapa suka Filsafat? Dia jawab dengan singkat, karena aku suka mempertanyakan banyak hal mas. 

Aku tak bisa berkata apa-apa. Anak yang seluruh hidupnya penuh dengan kekerasan bahkan luar biasa mengerikan, tapi dia bisa tumbuh cukup tegar, cerdas dan punya mimpi luar biasa tentang hidupnya.

Sekarang seluruh hidupnya diurusnya sendiri, termasuk rencana untuk biaya kuliahnya. 

Dia bercerita, pernah punya pengalaman punggungnya disetrika oleh ibu tirinya ketika dianggap tak bekerja dengan benar. 

Semua pengalaman itu dia ceritakan dengan tawa sekali-kali kepadaku. Sementara aku sudah jantungan.

Tuhan…..kenapa ada cerita sekejam ini dihadapi anak Indonesia? 

Tapi, aku cukup yakin, dia akan jadi generasi muda yang potensial sekali bagi bangsa ini. Aku berharap semoga dia lolos mendapatkan beasiswa melalui KIP-Kuliah, agar dia dapat melanjutkan pendidikannya. 

Aku sempat pesan, jika kamu suka ilmu filsafat  dan kalau tidak lolos di UI, kamu bisa ambil filsafat di STF Driyarkara. Sepertinya dia tertarik dengan usulanku.

Tuhan, kalau kamu benar ada dan maha adil. Berikan kekuatan pada anak itu dan jalan terbaik. Bagi pemerintah dan pejabat, tolong bantu anak itu untuk bisa melanjutkan cita-citanya melalui kebijakan atau sumberdaya yang ada. (R.A.W)

*Hartoyo adalah Direktur Perkumpulan Suara Kita, Founder SriKendes dan SriLoved