Search
Close this search box.

Pesepakbola “Stenie” – yang meminta namanya dirahasiakan karena dia khawatir akan keselamatannya – berlatih di lapangan sepakbola di Yaounde, Kamerun

SuaraKita.org – Atlet Kamerun Thierry Essamba masih berlatih setiap hari, meskipun ia memiliki sedikit harapan untuk menghidupkan kembali karirnya yang terputus ketika ia diusir dari tim nasional dalam skandal homoseksualitas.

Pelari berusia 38 tahun itu berlatih untuk Commonwealth Games 2014 ketika seorang pejabat senior olahraga mengatakan kepada kerumunan wartawan dan rekan-rekan atlet bahwa dia gay – sebuah penghinaan yang mengakhiri karir di sebuah negara di mana tindakan homoseksual ilegal.

“Saya merasa seolah-olah tubuh saya terkoyak dari dalam,” kata Thierry Essamba kepada Thomson Reuters Foundation ketika dia duduk di bangku penonton setelah menyelesaikan pelatihan hariannya di stadion di Yaounde.

“Hari itu aku melihat semua orang di stadion yang dulu memandangiku dengan penuh kekaguman, dengan hormat. Sekarang mereka menganggapku dengan jijik.” 

Hubungan sesama jenis adalah hal yang tabu di sebagian besar Afrika, yang memiliki beberapa hukum paling kejam di dunia terhadap homoseksualitas. 

Tetapi hanya sedikit negara yang tekun menerapkannya seperti Kamerun, yang hukum pidananya menghukum “hubungan seksual antara orang-orang yang berjenis kelamin sama” hingga lima tahun penjara.

Antara 2010 dan 2014, setidaknya 50 orang dihukum karena kejahatan mulai dari crossdressing hingga seorang lelaki yang mengirim SMS “Aku mencintaimu” ke lelaki lain, menurut CAMFAIDS, sebuah kelompok advokasi LGBT.

Thierry Essamba memegang medali di stadion di Yaounde, Kamerun

Thierry Essamba mengatakan dia diskors dari pasukan nasional setelah tuduhan publik, yang disiarkan di televisi nasional, membuatnya takut akan hidupnya.

Federasi Atletik Kamerun tidak menanggapi permintaan komentar tentang Thierry Essamba, yang kasusnya dikutip oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dalam laporan HAM 2014 tentang negara Afrika.

Dia bukan satu-satunya atlet top yang menderita dari klaim seperti itu di negara di mana pejabat olahraga secara terbuka menyatakan pandangan homofobik.    

Berthe Ngoume, yang menjalankan kelompok pendukung untuk pemain sepak bola perempuan di Yaounde, mengatakan dia tahu setidaknya tiga perempuan yang terpaksa meninggalkan tim nasional dan dilarang mengikuti kompetisi internasional karena desas-desus bahwa mereka penyuka sesama jenis.

“Satu pemain yang diusir dari tim nasional bermigrasi ke Amerika. Yang lain akhirnya bunuh diri dengan narkoba,” kata Berthe  Ngoume. 

Dikeluarkan

Stenie (bukan nama sebenarnya)  harus meninggalkan klub sepak bola pada tahun 2018 setelah pelatihnya mendengar desas-desus dari kerabat bahwa dia dalam hubungan sesama jenis.

“Saya dituduh memiliki hubungan dengan perempuan lain seperti saya, yang dilarang keras di tim perempuan,” kata perempuan berusia 19 tahun itu.

Karena tidak mau melepaskan mimpinya menjadi pesepakbola profesional, Stenie terus menghadiri sesi pelatihan, tetapi tidak pernah lagi diminta untuk berkompetisi.

Ketika dia mencoba untuk dua klub sepak bola lainnya, dia menemukan bahwa rumor tersebut masih  mengikutinya.

“Aku sudah dikenal sebagai elemen pengganggu,” kata Stenie. “Tidak ada yang bisa menerimaku.”

Seperti Thierry Essamba, dia khawatir tentang keselamatannya setelah tuduhan itu muncul.

Menjadi seorang lesbian dianggap sebagai “sesuatu yang amat dibenci” di Kamerun, kata Stenie, dan dukun terkadang diminta untuk melakukan apa yang disebut pemerkosaan korektif sebagai “obat”.   

Bechem Peter Tanyi, yang melatih tim sepak bola perempuan Kamerun, menyimpulkan sikap resmi terhadap homoseksualitas ketika dia mengatakan bahwa tokoh idola Stenie, pemain sepak bola gay Amerika Megan Rapinoe, tidak mungkin memiliki karir di Kamerun.

“Kami tidak menerima lesbian di tim perempuan nasional Kamerun,” kata Peter Tanyi. “Seorang gadis yang bermain sepak bola di Kamerun tidak seharusnya menjadi lesbian. Dia seharusnya bermain sebagai makhluk normal Tuhan.”    

Bunuh diri

Baik Stenie dan Thierry Essamba telah menderita jauh melebihi kehilangan karier impian mereka, dan keduanya mengatakan mereka memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Ketika keluarga Thierry Essamba mendengar laporan media tentangnya, mereka mengusirnya. Menganggur, dijauhi oleh kerabat dan diejek oleh teman-temannya, atlet yang pernah menjadi bintang itu mengatakan dia pernah mencoba untuk melakukan bunuh diri lebih dari sekali. 

Dia telah menerima dukungan dari Swiss division of Lawyers Without Borders, sebuah badan amal, yang telah menangani kasusnya dengan badan atletik global yang mengatur Asosiasi Federasi Atletik Internasional ( International Association of Athletics Federations/IAAF).

Presiden divisi itu, Saskia Ditisheim, menuduh federasi atletik Kamerun “menginjak-injak nilai-nilai universal toleransi yang menurut kami semua tidak lagi layak untuk dibahas.”

Saskia Ditisheim juga mengkritik IAAF karena menerima pernyataan dari federasi atletik Kamerun bahwa mereka tidak menangguhkan Thierry Essamba.

“Penolakan IAAF meninggalkan tanda tanya dan tidak dapat diterima,” katanya.    

IAAF mengatakan dalam sebuah email bahwa mereka tidak menerima bukti bahwa Thierry Essamba telah ditangguhkan, tetapi jika ada yang terungkap akan diselidiki.

Tahun ini organisasi Saskia Ditisheim membantu Thierry Essamba berangkat ke Jenewa untuk pertemuan atletik yang diselenggarakan oleh klub lokal.

Thierry Essamba, yang sekarang bekerja di sebuah hotel, bercita-cita untuk membantu orang lain yang menghadapi kesulitan serupa.

“Dengan pengalaman saya, saya akan dapat memberi mereka semua dukungan yang diperlukan, secara moral, fisik. Saya ingin diskriminasi ini dihentikan,” katanya.

“Diskriminasi adalah sesuatu yang aku harap tidak terjadi pada manusia lain di planet ini.” (R.A.W)

Sumber:

pri