Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Menurut sebuah penelitian terhadap orang tua mereka, lebih dari satu dari lima remaja dan dewasa muda yang tiba-tiba mempertanyakan identitas gender mereka setelah pubertas memiliki satu atau lebih teman yang coming out sebagai transgender dalam rentang waktu yang sama.

Coming out sebagai calon transgender membuat anak-anak mereka lebih populer di dalam grup pertemanan mereka, hampir dua pertiga orang tua menyadari popularitas anak mereka.

Peneliti di Amerika Serikat mensurvei 256 orang tua dari anak-anak dengan disforia gender yang mengalami gangguan emosional yang datang tiba-tiba setelah pubertas karena merasa berbeda jenis kelamin dengan jenis kelamin mereka ketika dilahirkan.

Dalam hampir 90 persen kasus, anak-anak dilaporkan menjadi yang kedua, ketiga atau keempat dalam kelompok pertemanan mereka untuk mempertanyakan jenis kelamin mereka.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS One, menimbulkan kekhawatiran bahwa disforia gender dapat menyebar melalui kelompok pertemanan.

Ini sudah terlihat di grup pertemanan untuk gangguan makan, depresi, dan penggunaan narkoba.

Dr Lisa Littman, peneliti dari Brown University School of Public Health, mengatakan: ‘Dari orang tua yang memberikan informasi tentang kelompok persahabatan anak mereka, sekitar sepertiga menjawab bahwa lebih dari separuh anak-anak dalam kelompok pertemanan menjadi orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai transgender.

‘Grup dengan 50 persen anggotanya mengidentifikasi sebagai transgender mewakili tingkatan yang 70 kali lebih besar dari perkiraan prevalensi untuk orang dewasa muda. “

Pada April hingga September tahun lalu, lebih dari 760 remaja Inggris berusia 15 hingga 17 tahun dirujuk ke Layanan Pengembangan Identitas Gender di Tavistock dan Portman NHS Foundation Trust.

Pada 2017-18, Layanan Pengembangan Identitas Gender, yang merupakan satu-satunya fasilitas yang mengkhususkan pada identitas gender anak, menerima tambahan $ 3,5 Juta Dollar dalam pendanaan untuk mengatasi meningkatnya permintaan.

Untuk mengeksplorasi pengaruh teman-teman dan media sosial, para peneliti memberi orang tua remaja dan dewasa muda Amerika yang mengalami kebingungan gender (gender-confused) sebuah kuesioner yang terperinci.

Satu orang tua mengatakan bahwa anak mereka telah memperlihatkan ‘peningkatan popularitas yang luar biasa’ dengan mengidentifikasi sebagai transgender, dengan menambahkan: ‘Menjadi transgender adalah bintang emas di mata remaja lain.’

Yang lain mengatakan bahwa anak mereka telah menjadi ‘tak tersentuh’ bagi para pengganggu, karena para guru akan ‘bersusah payah untuk berada di tengah-tengah setiap penindasan transgender’.

Penelitian Amerika Serikat merekrut orang tua dari situs web untuk mereka yang kritis terhadap ‘transgendering‘ pada anak-anak muda.

Namun 88 persen percaya bahwa individu transgender layak mendapatkan hak yang sama seperti orang lain.

Orang tua mengatakan anak-anak yang mempertanyakan jenis kelamin mereka memiliki rata-rata 3,5 teman dalam kelompok mereka yang juga diidentifikasi sebagai transgender.

Hasilnya menunjukkan 21 persen orang tua mengatakan anak mereka memiliki satu atau lebih teman yang coming out sebagai transgender sekitar waktu yang sama.

Satu dari lima melaporkan peningkatan penggunaan media sosial anak mereka sekitar waktu yang sama dengan disforia gender mereka, dengan orang tua yang mencurigai video YouTube tentang individu tentang ‘transisi’ individu transgender telah memengaruhi hal ini.

Orang tua lain menduga anak-anak telah meniru ucapan saat coming out mereka secara verbatim dari media online, terdengar ‘kaku’ atau seolah-olah mereka membaca naskah.

Di antara anak-anak dan dewasa muda berusia 11 hingga 27 tahun yang mengalami kebingungan gender, lebih dari separuh orang tua mengatakan mereka ingin operasi untuk mengubah jenis kelamin mereka, dengan hampir dua pertiga mengatakan anak-anak mereka ingin mendapatkan terapi hormon yang kuat seperti estrogen atau testosteron.

Penelitian ini menyimpulkan: ‘Deskripsi tentang pecahnya klaster disforia gender terjadi di kelompok pertemanan yang sudah ada sebelumnya dan peningkatan pemaparan ke media sosial / internet sebelum seorang anak coming out  tentang identitas transgendernya meningkatkan kemungkinan penularan sosial dan teman sebaya.’

Dr Lisa Littman menambahkan: ‘Hal ini akan memerlukan lebih banyak penelitian untuk mendatangkan lebih banyak informasi, tetapi ini adalah permulaan.’ (R.A.W)

Laporan penelitian dapat diunduh pada tautan berikut:

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2018/08/Rapid-onset-gender-dysphoria-in-adolescents.pdf”]

Sumber:

dailymail