Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pelatihan tentang isu-isu kesehatan LGBT masih kurang tersedia di sekolah-sekolah medis.

Sebuah penelitian tentang universitas-universitas di Selandia Baru, yang diterbitkan dalam Jurnal Medis Selandia Baru, mengungkapkan bahwa mahasiswa kedokteran ingin belajar tentang kesehatan LGBTI tetapi tidak menerima pelatihan tersebut.

Sementara dua pertiga dari mahasiswa kedokteran yang disurvei mengatakan bahwa topik itu penting, 54 persen melaporkan bahwa pelatihan mereka tidak mengandung konten LGBT, dan 33 persen lainnya mengatakan itu hanya “sedikit”.

Hampir tiga perempat dari mahasiswa yang disurvei mengatakan mereka tidak tahu apakah universitas mereka memberikan dukungan fakultas untuk mengajar tentang kesehatan LGBT, dengan hanya 9 persen yang mengatakan ada dukungan.

Peneliti dari Universitas Otago, Dr Charlene Rapsey mengatakan bahwa konten kesehatan LGBT di sekolah medis tidak tercakup sampai tahun ketiga, namun seharusnya pelatihan tersebut dimulai lebih awal.

“Ini menunjukkan kepada mahasiswa bahwa pelatihan kesehatan LGBT adalah sesuatu yang penting dan kami menyadari bahwa mereka melihat sebagai hal yang sama pentingnya juga,” katanya.

Dr Charlene Rapsey mengatakan bahwa waktu adalah penghalang untuk memasukkan konten LGBT dalam pelatihan sekolah medis.

“Ini adalah kurikulum yang benar-benar penuh dan kami tidak dapat menyertakan semuanya, tetapi kami perlu meningkatkan kesadaran tentang berbagai topik dan memastikan para mahasiswa memiliki keterampilan untuk mengikuti hal itu nanti,” katanya.

“Harus ada tindakan penyeimbang dari semua hal yang benar-benar penting.”

Anggota komunitas telah menyuarakan keprihatinan tentang pengetahuan dokter tentang isu LGBT, yang ingin ditangani oleh sekolah kedokteran, kata Dr Charlene Rapsey.

Di Australia, individu LGBT sering melaporkan bahwa dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya memiliki pengetahuan yang tidak memadai tentang masalah-masalah kesehatan yang mempengaruhi mereka, terutama di daerah-daerah.

Individu Trans dan interseks memiliki kesulitan khusus untuk menemukan dokter yang memiliki pelatihan untuk mengelola kebutuhan kesehatan mereka, dengan orang-orang yang memiliki variasi interseks sering menghadapi perawatan medis yang tidak pantas sejak lahir hingga dewasa.

Selain masalah dengan pelatihan medis, Australian Medical Students’ Association (AMSA) telah mengidentifikasi diskriminasi, homofobia dan tranfobia sebagai penghalang potensial bagi individu LGBT untuk menerima perawatan kesehatan yang setara.

AMSA telah menyerukan kepada universitas-universitas di Australia untuk memasukkan pelatihan kesehatan LGBT, kompetensi budaya dan perawatan dengan penuh rasa hormat ke dalam kurikulum medis mereka. (R.A.W)

Sumber:

starobserver