Search
Close this search box.

MRSHLL: Menentang Stereotip di K-Pop

SuaraKita.org – Marshall Bang atau lebih dikenal dengan nama  MRSHLL, adalah penyanyi keturunan Amerika Serikat-Korea yang berasal dari Orange County, California-Amerika Serikat. Marshall mencoba untuk menaklukan industri musik di Korea Selatan, dia memulai karirnya dengan bergabung pada label FeelGhoodMusic.

Pada setiap pertunjukannya yang disaksikan oleh ribuan orang mungkin tidak ada yang tahu bahwa sesungguhnya Marshall adalah seorang Gay. Menjadi gay mungkin tidak tampak seperti itu akan menjadi masalah besar di tanah gemerlap K-pop, yang dibanjiri dengan pembengkokan gender dan banyak lelaki berparas feminin yang merupakan bintang paling terang di industri hiburan. Walaupun di Korea banyak lelaki muda yang berpenampilan feminim, tetapi pemerintah Korea sendiri memiliki larangan yang ketat pada pernikahan sejenis. Bahkan pada tahun sebelummya dalam kampanyenya presiden Korea mengatakan bahwa ia tidak mendukung homoseksualitas dan tidak berniat untuk melegalkannya. Tidak banyak selebriti Korea yang mengaku gay, jumlahnnya bisa dihitung dengan satu tangan. Namun yang paling terkenal adalah aktor Hong Seok-chon yang sempat dikucilkan selama lebih dari satu dekade sebelum dia berhasil kembali ke tengah masyarakat.

Marshall mendapat stigma yang sangat lekat pada komunitasnya sebagai seorang gay. Dibesarkan di Anaheim dan Buena Park, Marshall merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Mereka semua dibesarkan dalam komunitas Kristen yang taat, karena ibu Marshall merupakan seorang pendeta di gereja untuk para pengungsi di Korea.

Karena ketakutannya ia menutup diri terhadap hubungan percintaan dan lebih fokus pada kegiatan bermusik. Ia mengikuti kegiatan paduan suara Gereja dan mendengarkan banyak lagu-lagu rohani Kristen hingga pada suatu saat temannya meminjamkannya CD lagu Mariah Carey yang mengubah aliran musiknya menjadi R&B. Marshall mulai mengcover lagu-lagu seperti Boys II Men dan mengunggahnya ke YouTube. Akhirnya orang-orang mulai menaruh perhatian terhadap suara dan penampilannya baik di gereja, sekolah maupun Internet.

Selepas kuliah Marshall kemudian mempersiapkan dirinya sebagai seorang penyanyi profesional, tetapi Marshall mengalami gangguan laryngopharyngeal reflux, ini merupakan sejenis penyakit yang menyerang dan merusak pita suara. Marshall akhirnya menahan keinginginannya untuk bernyanyi dan selama setahun dia bekerja pada lembaga sosial “Invisible Children” yang bergerak dalam usaha menghentikan eksploitasi anak di Afrika Tengah. Kemudian ia pindah ke New York dan bekerja sebagai penata rambut.

Kemudian pada tahun 2012 ada seorang produser yang telah melihat videonya di YouTube lalu menghubunginya dan meminta Marshall untuk mengikuti ajang pencarian bakat di Korea. Marshall lelu segera berangkat ke Seoul, kondisi suara Marshall sudah mulai membaik dan Marshall merasa ini seperti kehendek Tuhan. Marshall kalah pada kompetisi ini, namun ia memutuskan untuk tetap tinggal di Korea, karena ia merasa karirnya sebagai penyanyi semakin dekat.

Marshall akhirnya mulai mengakui kepada kedua adik lelakinya bahwa dia seorang gay, dan keduanya bisa menerima keputusan Marshall. Tetapi Marshall merasa sulit untuk mengatakan hal ini kepada ibunya, mengingat dia sulit berkomunikasi dengan ibunya karena bahasa Koreanya buruk dan ibunya yang tidak terbiasa dengan komunitas LGBT. Marshall sangat sulit untuk menjelaskan kepada orangtuanya mengenai LGBT karena di Korea sangat sulit mengakses informasi tentang LGBT.

Sampai hari ini orangtuanya tetap mencoba mengubah orientasi seksual Marshall, bahkan memaksanya untuk menikah dan berkeluarga. Marshall lalu berkata pada orangtuanya mengapa mereka tidak menjadi gay? Orang tuanya tidak mengetahui jawabannya. Menurutnya ini sama halnya dengan mengapa Marshall memiliki penggemar setia, dia tidak tahu jawabannya.

Namun dikalangan anak muda Korea saat ini mulai ada pergeseran tentang menyikapi komunitas LGBT. Seorang mahasiswa di Seoul, Woo Hyeok Lee mengatakan para orang tua biasa mengatakan untuk tidak berbicara kepada individu LGBT, tetapi kenyataannya dia mempunyai sorang teman gay. Di generasi anak muda Korea saat ini jika ada anak muda yang tidak mengenal budaya gay maka orang lain akan bertanya kepadanya “mengapa anda tidak mengenal gay?”  atau dianggap tidak toleran.

Menjadi LGBT tidaklah merusak profesi artis, karena yang penting ialah kualitas bermusik. Bagi Marshall antusias penonton saat mendengar lagu-lagunya yang merupakan campuran R & B-inflected dan pop yang dipengaruhi musik th. 80-an merupakan hal yang lebih penting. Marshall memimpikan lagunya berada di puncak tangga lagu.

Di sisi pribadinya Marshall masih mencari pasangan hidup, dan ketika hal ini suatu hari terwujud maka ia akan berbicara kembali pada ibunya dan menjelaskan dengan bahasa Korea yang lebih baik. Karena saat ini bahasa Koreanya sudah jauh lebih baik. (D.Ibrani)

Sumber:

pri