Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Alexander Konovalov mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin (14/5): “Investigasi yang kami lakukan tidak mengkonfirmasi adanya bukti pelanggaran hak, juga kami bahkan tidak dapat menemukan perwakilan komunitas LGBT di Chechnya.”

Penyelidikan tersebut dilakukan setahun setelah surat kabar Rusia Novaya Gazetta memuat berita bahwa sekitar 26 orang tewas sebagai bagian dari tindakan yang diduga sebagai persekusi anti-gay di Chechnya.

Diikuti oleh laporan-laporan berita yang mengerikan tentang lelaki gay muda yang dibunuh oleh anggota keluarga mereka sendiri, karena pihak berwenang menyuruh orang tua untuk membunuh mereka – atau mereka akan melakukannya sendiri.

Seorang lelaki berusia 17 tahun dilaporkan dibunuh oleh pamannya sendiri, setelah didorong dari balkon di lantai 9.

Pemerintah Kremlin dan Chechnya berulang kali membantah tuduhan bahwa ada sejumlah lelaki gay ditahan dan disiksa di wilayah itu, tetapi presiden Chechnya Ramzan Kadyrov tidak pernah merahasiakan bahwa dia sangat anti-LGBT.

Ramzan Kadyrov secara terbuka menyatakan bahwa dia ingin semua LGBT di negara itu untuk “dihilangkan” pada 26 Mei, yang menandai dimulainya bulan suci Ramadhan.

Dia telah menyatakan bahwa semua laporan itu salah karena di Chechnya, “tidak ada orang-orang semacam itu (LGBT) di sini.”

Seorang lelaki berusia 30 tahun bernama Ruslan muncul untuk berbicara tentang pengalamannya selama persekusi anti-gay, dan mengungkapkan bahwa dia diasingkan oleh keluarganya ketika menantu perempuannya menemukan pesan teks yang dia kirim kepada pacar lelakinya di telepon genggamnya. 

Keluarganya sendiri dengan cepat mengambil paspor dan teleponnya, dan mengurungnya di kamar selama sebulan.

“Di Chechnya ada pembersihan besar-besaran terhadap gay. Orang yang bekerja untuk Ramzan Kadyrov akan menargetkan satu orang gay, kemudian melalui pengancaman dan pemukulan mereka memaksa untuk membuka identitas gay yang lain, ”kata Ruslan kepada BBC Rusia.

“Beberapa orang telah ditangkap, dibawa ke ruang bawah tanah dan disiksa, sedangkan yang lain tidak ditemukan. Kerabat kadang-kadang bahkan tidak mencari mereka, karena mereka ingin menutupi rasa malu. ”

Ruslan akhirnya berhasil melarikan diri dari keluarganya, meminjam telepon dari seorang pejalan kaki untuk menelepon pacarnya, dan berhasil sampai ke Moskow.

Laporan-laporan tentang penganiayaan yang dihadapi LGBT di Chechnya ini muncul ketika  organisasi Human Rights Campaign memberikan seruan yang berulang-ulang kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk secara terbuka mengutuk tindakan Republik Rusia.

Mereka ingin Donald Trump mengakhiri sikap diamnya atas kejahatan yang sedang berlangsung terhadap orang-orang yang dicurigai sebagai LGBT di negara ini.

“Kekejaman ini merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan … Tak satu pun dari para pelaku telah dibawa ke pengadilan,” tulis mereka dalam sebuat surat ke Gedung Putih.

“Rusia telah menolak untuk memulai penyelidikan, dan mereka yang melakukan pelanggaran ini tidak mendapatkan akibat atas tindakan mereka.

“Anda harus mengutuk kejahatan terhadap kemanusiaan ini dan meminta Rusia untuk melakukan penyelidikan dan meminta pertanggungjawaban para pelaku.” (R.A.W)

Sumber:

gaytimes