Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Sebuah program baru untuk para LGBT berusia lanjut (Lansia) Kanada yang tinggal di provinsi Prince Edward Island (P.E.I).

Proyek yang akan memakan waktu sekitar satu tahun untuk dikembangkan, disusun oleh Corrine Hendricken-Eldershaw, CEO Alzheimer Society of P.E I; Alana DesRoche, direktur di Andrews of Summerside, sebuah rumah jompo; dan Grace Wedlake, seorang mahasiswa jurusan Social Justice di Universitas Prince Edward Island.

‘Keselamatan dan inklusivitas, itulah keseluruhan tujuan dari program ini,’ kata Corrine Hendricken-Eldershaw.

Mereka bertiga berencana untuk membuat dua presentasi edukasi untuk para LGBT berusia lanjut – satu untuk penyedia layanan kesehatan dan satu untuk staf fasilitas perawatan – untuk membantu mereka lebih memahami komunitas LGBT. Mereka juga akan menyarankan perubahan kebijakan untuk panti-panti wreda agar lebih aman dan lebih inklusif bagi penghuninya yang LGBT dan keluarga mereka.

Program ini diperlukan karena keprihatinan banyak LGBT berusia lanjut tentang memasuki kehidupan di panti wreda. Banyak yang khawatir mereka akan dihakimi atau harus menjelaskan identitas gender mereka. Hal ini terutama berlaku untuk mereka yang menderita demensia, yang khawatir dengan ekspresi diri atau orang lain seiring perkembangan penyakit mereka.

“Orang-orang kembali tertutup tentang orientasi seksual, identitas dan atau ekspresi gender mereka, itulah yang terjadi,” kata Corrine Hendricken-Eldershaw. “Ada beberapa ketakutan tambahan lainnya yang terjadi saat Anda menambahkan demensia ke dalamnya.”

“Ketakutan bahwa mereka harus menyembunyikan identitas mereka – saya menyadari ini bukan sesuatu yang benar-benar kami bicarakan,” kata Grace Wedlake, yang bekerja dengan Alzheimer’s Society selama dua musim panas terakhir. “Jadi saya pikir penting bahwa kita melakukannya dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung identitas ini.”

Sementara AlanaDesRoche tidak memiliki pengalaman dengan pasien LGBT di Andrews of Summerside, dia memang ingat satu pasien demensia – seorang lelaki yang bersikeras mengenakan pakaian perempuan.

“Staf benar-benar tidak tahu bagaimana menangani hal itu. Ini menyebabkan kekesalan pada penghuni, kesal terhadap staf, “kata Alana DesRoche.

Akhirnya, staf memutuskan untuk membiarkan lelaki itu berpakaian seperti yang dia inginkan. “Itu adalah sebuah pelajaran bagi para staf, dan saya pikir isu-isu ini akan muncul dan kita perlu tahu bagaimana cara menghadapinya,” katanya.

“Saya rasa ini bukan ilmu tentang roket, atau ilmu rumit,” kata Corrine Hendricken-Eldershaw. Dia menjelaskan bahwa beberapa solusi sederhana yang ada, seperti meminta kata ganti pilihan bagi orang-orang tersebut pada formulir penerimaan.

‘Semakin kita bisa dididik dan mengerti, semakin kita bisa memberikan perawatan yang layak dan dibutuhkan oleh penghuni panti,’ kata Alana Desroche. “Selama ini kami tidak melakukan apapun untuk membuat mereka merasa nyaman atau merasa dapat berbicara secara terbuka atau bebas-jadi saya ingin berbuat lebih baik.” (R.A.W)

Sumber:

GSN