Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Festival film pertama yang merayakan komunitas LGBT telah berlangsung di Tunisia, sebuah negara Muslim dimana homoseksual dapat menghadapi hukuman tiga tahun penjara.

Acara empat hari ini diselenggarakan oleh organisasi Mawjoudin, yang namanya diambil dari bahasa Arab yang berarti “Kami Ada”, sebuah organisasi non-pemerintah Tunisia yang membela hak-hak LGBT.

Dua belas film yang diproduksi di Tunisia dan di Timur Tengah dan Afrika Utara diputar pada “Mawjoudin Queer Film Festival” yang dibuka pada hari Senin (15/1).

Ini adalah acara pertama yang diadakan di Tunisia dan pihak penyelenggara mengatakan “festival ini sangat berani”.

Film dalam festival ini  berbicara tentang seksualitas, identitas dan afiliasi gender, kata Senda Ben Jebara, anggota Mawjoudin yang didirikan pada tahun 2014.

“Melalui festival ini, kami ingin memberi ruang bagi LGBT pada umumnya agar dapat melarikan diri sedikit dari tekanan sosial, dan juga untuk mengidentifikasi sesuatu, menemukan cara untuk mengekspresikan diri,” katanya.

“Kami mencoba untuk melawan, perlawnan kami tidak hanya di pengadilan tapi melalui seni.”

Senda Ben Jebara mengatakan bahwa pesan yang ingin dicapai festival ini adalah bahwa “kita berbeda tapi kita ada dan perbedaan dipersilahkan”.

Mourad (21) seorang pengunjung festival mengatakan bahwa festival film tersebut “membantu memperkuat komunitas LGBT dan menyatukan orang-orang yang dianggap berbeda”.

Aktivis hak gay muncul di Tunisia sejak revolusi tahun 2011, namun posisi mereka tetap tidak stabil di masyarakat Muslim konservatif Afrika Utara.

Sesaat setelah Revolusi Jasmine, terjadi ledakan organisasi baru yang membela isu-isu seperti polusi dan penyiksaan dan hak-hak perempuan. Setelah menerapkan undang-undang baru, akhirnya dimungkinkan untuk mendirikan organisasi resmi untuk isu-isu lainnya. Komunitas LGBT mengambil kesempatan ini dengan tangan terbuka.

Namun, pasal 230 dari KUHAP mencakup hukuman sampai tiga tahun penjara karena homoseksualitas dan lelaki muda banyak yang  ditahan dan diadili.

Sebuah stasiun radio online yang melayani komunitas LGBT, yang diyakini sebagai yang pertama di dunia Arab, mulai melakukan siaran di Tunisia pada 18 Desember.

Tapi Syams Rad, yang dibentuk oleh kelompok hak asasi LGBT Syams dan mempromosikan “martabat, kesetaraan”, kini menghadapi prosedur hukum yang bertujuan menutupnya. Syams mendapat pengakuan resmi pada bulan Mei 2015 sebagai kelompok advokasi untuk kelompok minoritas seksual. (R.A.W)

Sumber:

middle east eye