SuaraKita.org – Kota Sydney akan menawarkan pernikahan gratis kepada pasangan LGBT jika kesetaraan pernikahan dilegalkan di Australia.
Australia saat ini sedang melakukan pemungutan suara apakah pasangan LGBT boleh diijinkan untuk menikah.
Kampanye kesetaraan pernikahan tersebut telah dirusak oleh lonjakan insiden kekerasan atas dasar homofobia di tengah retorika anti-LGBT.
Keluarga LGBT di negara tersebut telah melaporkan pelecehan di jalanan, vandalisme, serangan, dan intimidasi di sekolah sejak pemungutan suara dimulai.
Tapi dengan jajak pendapat yang memproyeksikan kemenangan untuk kesetaraan bulan depan, kota Sydney berharap bisa meredakan arus kebencian.
Kota ini mengeluarkan sebuah mosi minggu ini yang memungkinkan pasangan LGBT untuk menikah secara gratis di beberapa bangunan dan taman termegah dan paling megah di kota Sydney.
Menurut Sydney Morning Herald, dewan kota akan menggratiskan biaya penggunaan fasilitas masyarakat, aula dan taman selama 100 hari pertama untuk pasangan LGBT, setelah kesetaraan pernikahan disahkan menjadi undang-undang.
Balai Kota Sydney juga akan menggelar pernikahan LGBT massal sebagai perayaan kesetaraan pernikahan.
Anggota Dewan dari Partai Buruh Linda Scott mengatakan bahwa langkah tersebut dimaksudkan untuk menjadi isyarat cinta terhadap LGBT karena “komunitas ini telah mengalami diskriminasi yang signifikan dan banyak yang merasa terluka selama kampanye”.
Dia menambahkan: “Ini adalah cara praktis bagi dewan untuk memerangi diskriminasi”.
Namun, anggota senior partai Liberal menentang mosi tersebut – dengan alasan hal itu akan menjadi diskriminatif karena tidak berlaku untuk pasangan heteroseksual.
Individu heteroseksual tidak terpengaruh oleh pemungutan suara publik mengenai apakah pasanganLGBT layak untuk mendapatkan hak asasi manusia.
Pendukung anti kesetaraan pernikahan juga berusaha untuk meniru taktik para juru kampanye yang membantu “mengamankan” pemungutan suara Inggris untuk Brexit dan pemilihan Donald Trump di Amerika Serikat.
The Australian Family Association mendesak masyarakat untuk memilih menentang kesetaraan pernikahan untuk menciptakan ‘Brexit for Australia’.
Mereka mengatakan kepada para pendukungnya: “Inilah kesempatan Anda untuk melakukan Brexit, Trump, dan membingungkan elit politik dengan mengatakan, kami tidak akan menerima ideologi gender cair dan ‘pernikahan’ gender cair yang dipaksakan pada setiap lelaki, perempuan dan anak, terlepas dari mereka itu religius atau tidak. “
Kelompok ini baru saja meluncurkan sebuah iklan yang menampilkan seorang lelaki yang mengklaim bahwa dia tidak dapat secara terbuka mengekspresikan penentangannya terhadap pernikahan LGBT.
Dalam iklan tersebut, dia secara terbuka mengekspresikan penentangannya terhadap kesetaraan pernikahan.
Awal bulan ini seorang ibu di Melbourne dikirimi surat yang mengancam anak-anaknya setelah dia memasang bendera pelangi.
Bulan lalu sebuah kafe diancam dengan pembakaran karena mendukung kampanye mendukung kesetaraan pernikahan sementara seorang gadis berusia 14 tahun menerima ancaman kematian karena mendukung kesetaraan pernikahan di media sosial.
Tiga orang mantan Perdana Menteri Australia telah berselisih mengenai kesetaraan pernikahan, karena mantan PM anti-gay Tony Abbott dengan kejam mengolok-olok mantan PM Bob Hawke setelah Bob Hawke mengkritik pemungutan suara yang diserukan oleh Perdana Menteri saat ini, Malcolm Turnbull.
Tony Abbott telah menjadi suara paling menonjol dalam lobi anti-gay ketika Australia melakukan pemilihan suara untuk kesetaraan pernikahan. Tony Abbot juga mengasingkan sebagian besar keluarganya sendiri dalam prosesnya.
Setelah Tony Abbott pernah menyarankan bahwa ini akan menjadi “terbaik” bagi anak-anak dari adiknya yang lesbian untuk dibesarkan oleh pasangan heteroseksual, putrinya sendiri Frances berbicara untuk kesetaraan, muncul dalam sebuah video di sisi yang berlawanan dari ayahnya.
Mantan Perdana Menteri tersebut telah memperlihatkan penentangannya terhadap hak LGBT secara ekstrim, menyerang “pernikahan transgender” dan menuntut penyensoran lagu ‘Same Love yang dinyanyikan oleh musisi Macklemore, di mana lagu tersebut dianggap sebagai lagu kebangsaan LGBT.
The Equality Campaign bulan lalu merilis video dan foto mantan Perdana Menteri Australia Bob Hawke (87), yang mendukung kampanye YES untuk kesetaraan pernikahan. (R.A.W)
Sumber: