Search
Close this search box.

[Opini] Bagaimana dan Mengapa Identitas Seksual Berada Dalam Sebuah Spektrum

Oleh: Corinne Werder*

SuaraKita.org – Momen melela telah menjadi bagian dari pop culture sejak lama. Mulai dari tayangan komedi situasi televisi tahun 90an sampai dengan vidoe-video YouTube. Namun bagi beberapa orang, konsep melela ini tidak sesuai dengan mereka, karena label “heteroseksual” dan “non heteroseksual” – sejalan dengan pemikiran tentang “sudah melela” atau belum – mulai dirasa sempit untuk melihat keseluruhan seksualitas.

“Biner masih ada, tapi kami menyadari lebih banyak jenis seksualitas berada diantara dan di luar kedua kategori tersebut,” kata Juliet (13 tahun) yang mengidentifikasi sebagai pansexual. Sikapnya adalah karakteristik dari Gen Z (digunakan untuk menggambarkan orang yang lahir pada pertengahan 90-an) dan iklim budaya saat ini.

Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga riset dan inovasi  J. Walter Thompson Intelligence, ketika diminta untuk meletakkan sebuah nomor yang melambangkan seksualitasnya (antara angka 0 yang berarti benar-benar heteroseksual dan 6 yang berarti benar-benar homoseksual), 35% dari remaja Gen Z meletakkannya hampir di tengah, Mungkin dapat dikatakan hanya 48 persen dari Gen Z mengidentifikasikan diri mereka sebagai “benar-benar heteroseksual.”

Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak orang-orang yang nyaman berada di sebuah titik diantara heteroseksual dan homoseksual.

“Saya mengidentifikasikan seksualitas saya cair (sexually fluid)” kata Mysterie (18 tahun) seorang transgender lelaki. “Hasrat  saya telah banyak berubah sepanjang hidup saya”. Presiden Aliansi Gay-Straight di universitasnya, Mysterie – dan banyak orang muda LGBT lainnya – mengidentifikasi diri mereka suatu tempat antara heteroseksual dan homoseksual.

Yang pasti, sebuah nuansa pasti akan selalu ada dalam komunitas LGBT, tapi cara berpikir baru seperti ini mulai mendapat penerimaan. Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang. Internet telah menjadi tempat yang luar biasa untuk membuat kita semua memiliki pikiran yang lebih maju tentang seksualitas. Dengan menembus label konvensional , kita dapat menemukan kata-kata untuk berbicara dan belajar dengan cinta. (R.A.W)

*Corinne Werder adalah seorang kontributor di majalah Teen Vogue

Sumber

Teen Vogue