Search
Close this search box.

nasionalisme-lgbtSuaraKita.org – Sungguh merupakan suatu hal yang aneh karena hanya sedikit orang-orang Barat yang tahu, bahwa Indonesia berpenduduk keempat terbanyak di dunia (setelah Cina, India, dan Amerika Serikat), atau bahwa Indonesia adalah negara yang berpenduduk Muslim lebih besar daripada negara-negara lain. Fakta-fakta mendasar tersebut cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai kawasan yang penting di percaturan dunia.

Dalam tulisan ini, Tom Boellstorff bermaksud untuk memberikan perhatian pada dunia gay dan lesbian Indonesia. Topik ini memang nampaknya tidak  biasa,  namun melalui  kehidupan merekalah kita bisa memahami kunci penting tentang bagaimana proses menjadi orang Indonesia itu terjadi, termasuk juga pemahaman bagaimana mekanisme berlangsungnya sebuah negara-bangsa.

Negara mengajarkan kita tentang nilai heteronormatif—asumsi bahwa heteroseksualitas merupakan satu-satunya norma yang normal dan pantas—berperan penting dalam pembentukan negara-bangsa sebagai ‘komuniti yang imajinasikan’ (imagined communities). Sebagaimana di negara-negara lain, Indonesia menganggap bahwa arketipe keluarga inti (suami, isteri, anak, dan presiden sebagai ayah) dijadikan model bagi sebuah negara-bangsa. Sejalan dengan model ini, negara-bangsa seringkali menganggap dirinya terkomposisi bukan saja oleh kumpulan warganegara, tetapi juga oleh keluarga yang hampir selalu berbentuk keluarga inti (nuclear family) tanpa menghiraukan derajat keberagam-an bentuk keluarga inti yang ditemukan di berbagai kebudayaan.

Pembatasan pengertian model keluarga pada pasangan heteroseksual menjadi mekanisme dalam mempertahankan model nasionalisme di Indonesia (termasuk juga di negara-negara lain). Oleh karena itu, reaksi dalam bentuk pengucilan homoseksualitas bukannya dipahami dalam konteks maraknya gerakan gay dan lesbian secara global, pengucilan ini lebih dipahami sebagai fenomena pembentukan gagasan sentral tentang ‘Indonesia’.

 

Artikel lengkap dapat diunduh dibawah ini:

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2016/09/Gay-dan-Lesbian-Indonesia-serta-Gagasan-Nasionalisme.pdf”]

Sumber:  Jurnal Antropologi Indonesia Vol 30, No 1 (2006)