Search
Close this search box.

[Opini] Mengenal Sosok Pope Francis

Oleh: Wisesa Wirayuda*

Suarakita.org – Paus Fransiskus, atau lebih dikenal dengan sebutan Pope Francis adalah seorang Paus ke-266. Ia adalah pemimpin Gereja Katolik dan sekaligus kepala negara dari Negara Kota Vatikan. Sejak 1998 hingga terpilih sebagai Paus pada Konklaf Kepausan 2013 hari kedua, 13 Maret 2013, ia adalah Uskup Agung Buenos Aires, Argentina yang diangkat sebagai Kardinal pada tahun 2001 oleh Paus Yohanes Paulus II. Paus Fransiskus dapat berbicara dalam bahasa Spanyol, Italia, dan Jerman secara fasih.

Paus Fransiskus adalah seorang Imam Yesuit pertama dan orang Amerika Latin keturunan Italia pertama yang terpilih sebagai Paus. Ia juga menjadi Paus non-Eropa pertama sejak Paus Gregorius III dari Siria wafat pada tahun 1974.

Beberapa pandangannya dianggap kontroversial karena menentang praktik aborsi dan homoseksualitas. Pope Francis menyatakan menghormati gay dan lesbian sebagai individu walaupun ia menentang keras undang-undang yang dirilis Argentina 2010 yang melegalkan pernikahan sesama jenis. Sebaliknya, Paus Fransiskus juga dikenal sebagai sosok yang sangat memiliki kepedulian sosial, termasuk mengkritisi masalah perbedaan kelas sosial kaya dan miskin.

Mungkin kalian masih ingat dengan Kim Davis, seorang perempuan yang menolak untuk mengesahkan pernikahan sesama jenis yang waktu itu sudah jelas bahwa pernikahan sejenis itu legal di Amerika dengan alasan mempertahankan tradisi agamanya, yang mana bukan Katolik. Apa jadinya jika seorang Paus bertemu dengan Kim Davis ? Pasti banyak yang beranggapan bahwa pastilah Paus akan memberikan dukungan penuh kepada Kim Davis untuk menolak pernikahan sejenis. Namun tidak untuk Pope Francis.

Who am I to judge?” itulah kalimat andalan sang Paus. Bahkan dalam sebuah artikel[1] mengatakan, sebelum bertemu dengan Kim Davis, Paus menyempatkan diri untuk bertemu dengan murid dan teman lamanya yang seorang Gay. Dan juga pada artikel lain mengatakan bahwa Paus mengundang pasangan gay untuk hadir di acara makan malam[2].

Mungkin memang benar bahwa Paus Fransiskus[3] tidak secara terang-terangan menolak pernikahan sejenis, namun sebuah artikel[4] mengatakan bahwa Pope Francis sebenarnya tidak pro pada LGBT Equality. Disebutkan bahwa Paus berbincang-bincang dengan Kim Davis dan mengatakan kepada Kim “Thank you for your courage.” (Terima kasih untuk keberanianmu.) dan “Stay strong”. Terlepas apa maskud dari Paus mengatakan itu.

Namun, apa yang dinilai sebagai dukungan ini dibantah oleh Vatikan. “Paus tidak menjelaskan situasi Nyonya Davis dan pertemuan beliau dengannya jangan dianggap sebagai bentuk dukungan atas sikap Nyonya Davis dalam semua aspek kompleks,” ujar juru bicara Vatikan Federico Lombardi.[5]

Pope Francis, bagi saya pribadi, adalah sosok yang ‘refreshing’, karena saya belum melihat banyak pemuka agama yang memiliki pemikiran progresif seperti ini di Indonesia. Disaat banyak pemuka agama sedang berlomba-lomba menyuarakan penolakan mereka terhadap isu LGBT, Paus justru mengambil sikap yang “netral”, jika menengok pada kalimat andalannya “Who am I to judge?”. Tentu saja kita patut mengapresiasinya ketika banyak kelompok-kelompok gereja yang ‘kecewa’ dengan pernyataan Paus tersebut.

Terlepas apakah Paus sebenarnya pro terhadap LGBT atau tidak, kita sekarang bisa melihat bahwa banyak pemuka agama yang mulai memikirkan kembali apa yang mereka percayai sejak dahulu kala. Mulai menanyakan kembali makna akan sebuah kebenaran. Dan mulai berpikir bahwa cinta dan kasih adalah hak dasar semua manusia di muka bumi ini.

 

*Penulis adalah kontributor Suara Kita di Bandung

 

Catatan Kaki:

[1] http://www.huffingtonpost.com/entry/pope-francis-yayo-grassi_560eb4f4e4b0dd85030bbe5a?utm_hp_ref=gay-voices&ir=Gay%2BVoices&section=gay-voices

[2] http://edition.cnn.com/2015/10/02/us/pope-gay-washington/

[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Paus_Fransiskus

[4] http://www.thedailybeast.com/articles/2015/09/30/don-t-be-surprised-that-pope-francis-met-kim-davis.html

[5] http://www.rappler.com/indonesia/107927-vatikan-bantah-paus-dukung-petugas-anti-pernikahan-gay