Search
Close this search box.

Sendiri Diana Sendiri; Potret Perempuan Korban Poligami

Suarakita.org- Jumat, 4 September 2015 diadakan pemutaran dan diskusi film “Sendiri Diana Sendiri” di Kineforum Jakarta. Tepat pukul 10.00 WIB pemutaran film dimulai, cukup banyak awak media yang hadir pada saat itu, ada sekitar 20 orang datang untuk menyaksikan salah satu film buatan anak negeri yang disutradarai oleh sutradara muda Kamila Andini.

Kamilia Andini, sang sutradara, ketika ditanya salah satu peserta yang hadir pada saat itu mengenai apakah film tersebut memang dipersiapkan atau ditargetkan untuk masuk dalam festival film International? Andini menjawab tidak sama sekali, “Enggaklah, karena bagaimana cara membuat film untuk masuk festival saja tidak tahu caranya, namun saya percaya bahwasanya setiap film memilki jalannya sendiri-sendiri ”.

Sendiri Diana Sendiri diangkat berdasarkan kisah nyata kerabat dekat Kamilia Andiri sendiri dan Dia sudah lama sekali ingin mengangkat cerita tersebut ke dalam bentuk sebuah film. Menanggapi pertanyaan yang sama sebelumnya , Meiske Taurisia sebagai perwakilan dari rumah produksi BabibutaFilm yang membuat film ini dan juga sebagai produser menambahkan bahwasanya para pembuat film-film festival sebenarnya tidak pernah membuat film dengan tujuan masuk ke dalam festival namun lebih kepada semangat untuk membawa dan membuat film yang lebih beragam dan unik.

Sendiri Diana Sendiri bergenre drama dan berdurasi sekitar empat puluh menit. Film bercerita tentang seorang ibu rumah tangga beranak satu yang dipoligami oleh suaminya. Diana dalam film ini atas digambarkan sebagai sosok perempuan yang kuat dan memiliki prinsip. Karena dia tidak terima poligami dan kekerasan dari sang suami, ia memilih jalan untuk bercerai. Cerita dalam film ini tampak sederhana namun memilki pesan moral yang sangat dalam, “kasus poligami tidak hanya terjadi pada masyarakat kelas menengah saja, namun hampir dalam semua lapisan masyarakat”, tegas Tunggal Pawestri sebagai salah satu produser dan perwakilan dari Hivos. Raihanun terbilang cukup berhasil membawakan tokoh Diana yang sangat dingin , begitu pula dengan Ari sebagai suami Diana yang diperanakan oleh Tanta J. Ginting diperankan dengan sangat baik.

Setelah pemutaran selesai para penonton yang hadir diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi kepada tiga narasumber diatas. Imam salah seorang peserta bertanya apakah kejadian yang ada dalam film tersebut dapat disimpulkan bahwasanya setiap perempuan akan mengambil tindakan yang sama seperti yang dilakukan oleh tokoh Diana dalam cerita film tersebut? Si Istri tampak begitu dingin dan tidak ekspressif menanggapi keinginan suaminya yang ingin menikah lagi yang juga diutarakan dengan sangat dingin?

Kamila menjawab bahwasanya setiap perempuan punya caranya sendiri untuk menanggapi poligami namun Diana dalam cerita ini adalah sosok pendiam yang lebih sering mendengarkan orang lain dan sikap dinginnya tersebut terkait dengan apakah ia memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk menunjukkan sikap ekpresif ketika sang suami menyatakan ingin menikah lagi, “Hal inilah yang ingin ditujukan dalam film tersebut.”

Pertanyaan selanjutnya dari Pak Yan, menurut Pak Yan sampai akhir film tidak dijelaskan alasan mengapa sang suami ingin menikah lagi dan seperti apa wajah sang istri baru tersebut. Kamila pun beragumen bahwasanya kenapa pada akhirnya film tersebut dalam bahasa Inggris berjudul Following Diana karena pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton adalah agar kita sebagai penonton following (mengikuti – red) Diana bukan Ari sang suami atau pendapat-pendapat keluarga. fokuslah kepada karakter Diana.

Mengenai wajah istri baru yang tidak ditampakkan dalam film tersebut Kamila menjelaskan film dimulai dari pertanyaan-pertanyaan pribadi mengenai perempuan, poligami,  rumah tangga dan posisi suami-istri dalam rumah tangga. Dia ingin menjawabnya dengan perasaan-perasaan yang lebih mengedepankan perasaan Diana.  Inilah alasannya kenapa momen k Diana bertemu calon istri baru suaminya  tidak digambarkan secara detail, namun lebih kepada bagaimana perasaan Diana setelah bertemu calon istri baru sang suami. (Eddy)