Search
Close this search box.
Tanpa raut wajah menyesal, pelaku perkosaan massal di India malah menyalahkan korban yang menurutnya telah memancing tindakan bejat tersebut. (Ilustrasi/Thinkstock/Benjamin Howell)
Tanpa raut wajah menyesal, pelaku perkosaan massal di India malah menyalahkan korban yang menurutnya telah memancing tindakan bejat tersebut. (Ilustrasi/Thinkstock/Benjamin Howell)

Suarakita.org- Salah satu pelaku perkosaan yang divonis mati oleh pengadilan New Delhi, India, menyalahkan korban yang telah memancing mereka melakukan tindakan bejat tersebut.

Mukesh Singh, bersama lima orang kawannya, memperkosa dan menyiksa Jyoti Singh di dalam sebuah bus di Delhi. Kasus ini memicu demonstrasi besar di seantero India, memaksa pemerintah menerapkan hukuman mati bagi pelaku perkosaan.

Diberitakan Al-Arabiya, Senin (2/3) dalam wawancara dengan BBC yang akan ditayangkan pada Hari Perempuan Internasional 8 Maret mendatang, Singh menyalahkan korban yang saat itu keluar malam dan menarik perhatian mereka.

“Perempuan lebih banyak menyebabkan perkosaan ketimbang pria,” kata dia dari dalam penjara. Komentar ini disinyalir akan menuai banyak kecaman baik di dalam dan luar negeri.

Singh mengatakan, jika saja perempuan itu tidak melawan mereka tidak akan memukulinya dengan tongkat besi. Dua minggu setelah peristiwa itu korban meninggal dunia setelah menjalani perawatan di luar negeri.

“Ketika diperkosa, seharusnya dia tidak melawan. Seharusnya dia diam saja dan membiarkannya. Mereka akan menurunkannya setelah ‘menggagahinya’ dan hanya akan memukuli pria,” kata Singh. Seorang pria kawan korban juga menjadi sasaran kekerasan.

Pengadilan India menjatuhkan hukuman mati bagi para pelaku usai muncul gelombang protes besar-besaran di jalan. Akibat protes ini, India merevisi undang-undang perkosaan dengan kekerasan menjadi hukuman mati.

Tidak terlihat raut penyesalan sama sekali dalam wajah Mukesh Singh, padahal nyawanya sudah di ujung tanduk. Dia sekali lagi malah menyalahkan perempuan atas tindakan biadab yang mereka lakukan.

“Kau tidak bisa bertepuk sebelah tangan, butuh dua tangan. Perempuan baik-baik tidak akan keluar sekitar jam 9 malam. Perempuan lebih bertanggung jawab atas perkosaan ketimbang pria. Laki-laki dan perempuan tidak setara. Pekerjaan rumah untuk perempuan, bukan keluar ke disko dan bar di malam hari melakukan tindakan yang salah, memakai pakaian yang tidak pantas. Sekitar 20 persen perempuan baik,” kata dia.

Menurut dia, hukuman mati terhadap pelaku perkosaan hanya akan membuat situasi semakin buruk bagi perempuan.

“Hukuman mati malah akan membuat semakin berbahaya bagi perempuan. Sebelumnya, pemerkosa akan mengatakan ‘tinggalkan dia, dia tidak akan mengadu’. Sekarang setelah mereka memerkosa, terutama kriminal, mereka akan membunuh gadis itu,” ujar Singh.

Perkosaan menjadi masalah nasional di India. Juli tahun lalu Biro Pencatatan Kriminal Nasional India, NCRB, dikutip dati The Times of India, mencatat setiap harinya 83 perempuan diperkosa di negara itu.

Jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 ada 24.923 perkosaan, bertambah di tahun 2013 dengan 33.707 kasus. Berbagai kasus ini juga merusak citra India dan merugikan sektor pariwisata negara tersebut. (den)

Sumber: CNN Indonesia