Search
Close this search box.

Kisah Fundamentalis Agama Yang Berproses Menerima LGBT

Suarakita.org- Mantan fundamentalis Islam, Yusuf (bukan nama Sebenarnya –red), berbicara ke publik bagaimana dia menjadi toleran terhadap kelompok LGBT dan orang dengan keyakinan berbeda.

Yusuf berbincang kepada Humanist and Cultural Muslim Asosiation (HCMA) sebuat organisasi Islam progresif pimpinan Saif Rahman dalam sebuah artikel yang dipublikasikan kemarin. Dia mengatakan bahwa awalnya dia berpikir gay dan lesbian adalah pelaku penyimpangan seksual dan orang yang melakukan itu adalah pendosa. Gay dan Lesbian adalah kebalikan dari apa yang seharusnya seorang muslim perbuat.

“In my perception gays suffered from an extreme lack of manliness and were further characterized by debauchery, lack of sexual discipline, cowardice and worldliness. . . . They were the polar opposite of what a Muslim man should be.”, kata Yusuf.

Dulu dia pun berpikir bahwa tujuan hidup seorang muslim adalah menjadi pejuang, gay sangat berbahaya karena bertentangan dengan moral nasional dan merupakan contoh dari kepengecutan. Menjadi gay dan pejuang di saat bersamaat sangat lah tidak mungkin.

“In my mind a Muslim man had only one single purpose in life: he is a born soldier whose whole existence has no other purpose than to wage and to die in war. Gays are dangerous since they undermine national morale and give an example of cowardice. Being gay and soldier at the same time was simply unimaginable to me.”, ungkap Yusuf.

Yusuf yang menjadi mualaf saat remaja dan mendapat masalah karena kepindahan agamanya tersebut juga mengungkapkan bahwa ada ketakutan di antara kelompok fundamentalis Islam akan terpengaruh menjadi gay.

“Karena arti gay mempengaruhi Kami, sebutan ‘gay’ memiliki makna yang lebih luas dari seharusnya.”, kata Yusuf kepada Saif Rahman.

“Kami menganggap lelaki yang berpakaian terlalu rapih, dan mereka yang terlalu keduniawian, serta khususnya mereka yang menunjukkan kepengecutan kemudian enggan untuk berjihad adalah ‘gay’.”, ungkapnya.

“Setiap lelaki dapat menjadi gay jika keimanannya memudar. Homoseksualitas adalah kondisi ekstrim dari penyimpangan dan dosa.”, kata Yusuf.

Meskipun begitu, Yusuf bilang ke Rahman bahwa dia mulai menemukan logika yang inkonsisten atas keyakinannya tentang homoseksualitas yang kemudian menuntunnya pada pertanyaan kritis pada keimanannya.

“Saya serius mulai mengembangkan pandangan pada isu ini ketika skeptisisme saya akan Islam sudah sangat merusak keimanan saya dan saya merasa penting untuk menggunakan kerangka rasional atas keimanan saya,” kata Yusuf.

“Itulah momen di mana saya memutuskan bahwa tidak ada gunannya berargumen menjustifikasi penolakan atas homoseksualitas; homoseksualitas bukanlah acaman bagi populasi manusia, homoseksualitas adalah sesuatu yang alamiah, tidak ada alas an untuk berasumsi bahwa gay adalah penyakit moral atau menyimpang, anggapan mereka pengecut sungguh tidak berdasar”. (Gusti Bayu)

 

Sumber : Gay Star News