Search
Close this search box.
Ilustrasi : Merdeka.com
Ilustrasi : liputan6.com

Suarakita.org- Sebuah sampul komik remaja berjudul “Why” yang beredar di internet cukup meresahkan masyarakat. Sebab, tulisan bergambar anak-anak remaja dalam pada buku terbitan Elex Media (Gramedia Group) itu menunjukkan tentang cinta sesama jenis atau homoseksual.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan pihaknya sudah menindaklanjuti aduan mengenai peredaran buku tersebut. “Kami sudah minta ditarik peredarannya, dan sudah ada komitmen dari Gramedia Group untuk melakukannya,” kata dia kepada Tempo, Kamis, 7 Agustus 2014. (Foto : Kostum-kostum Unik Kartun Jepang di Kompetisi Cosplay Jakarta )

Menurut Asrorun, pihaknya mendapat laporan mengenai komik itu pada Rabu dini hari, 6 Agustus 2014. Siangnya, KPAI langsung menghubungi marketing komunikasi Elex Media dan menanyakan kebenaran mengenai peredaran komik tersebut.

Elex Media, kata dia, mengakui jika komik “Why” yang merupakan terjemahan buku dari luar negeri itu, memang terbitan mereka. Anak perusahaan Gramedia Group itu pun menyanggupi untuk segera menarik komik tersebut dari peredaran. (Baca:Masa Berjayanya Buku Anak dan Penulis Cilik)

“Sudah kami pantau dan tindak lanjut komitmen itu sudah dilaksanakan. Di beberapa toko ada yang sudah kosong, tapi ada yang masih ada. Intinya, secara bertahap sudah dijalankan,” kata dia.

Komik “Why”, kata dia, secara umum memberikan pengetahuan seks untuk remaja yang mengalami pubertas. Tapi buku itu menjadi sensitif karena mengesankan adanya permisifitas terhadap cinta sesama jenis. Menurut dia, salah satu konten dari komik itu berisi dialog yang memberikan penjelasan yang tidak sejalan dengan prinsip berbangsa dan bernegara.

“Salah satu hak perlindungan anak adalah hidup sesuai prinsip dasar negara ketuhanan. Ajaran agama mana pun tidak membenarkan perilaku homoseksual atau cinta sesama jenis,” kata dia.

“Faktanya memang ada homoseksual, tapi tidak untuk mengkampanyekan orientasi sesama jenis ini. Ketika itu muncul di bacaan anak apalagi didesain dengan gambar yang mudah dibaca dan dicerna anak, tentu ini tidak baik dalam konteks perlindungan anak,” ujarnya menambahkan.

Asrorun berharap pihak penerbit dapat lebih hati-hati menerbitkan terutama buku yang dikonsumsi anak-anak atau remaja. “Perlu hati-hati karena tidak semua maksud baik dilaksanakan dengan cara yang benar,” kata dia.

Sumber : Tempo.co