Search
Close this search box.
Muhammad Yunus (Reuters)
Muhammad Yunus (Reuters)

Suarakita.org- Peraih Nobel Perdamaian dari Bangladesh, Muhammad Yunus harus menghadapi kampanye kebencian terhadapnya, bahkan dipicu oleh pemerintah Bangladesh sendiri. Yunus dituding berperilaku yang bertentangan dengan Islam dan sengaja menyebarluaskan homoseksualitas.

Yunus yang seorang ahli ekonomi ini, meraih Nobel perdamaian pada tahun 2006 lalu karena dianggap sebagai pelopor keuangan mikro. Yunus merupakan penemu Grameen Bank yang juga dijuluki sebagai banknya orang miskin.

Sejak Yunus meraih Nobel tersebut, kecaman dan cercaan seolah tak berhenti menyerang dirinya. Mulai dari menyerang konsep keuangan mikro yang ditemukannya hingga kini lebih mengarah ke kehidupan pribadinya.

Kali ini, Yunus menuai kecaman atas tindakannya ikut menandatangani pernyataan bersama tiga peraih Nobel lainnya pada April 2012 lalu. Pernyataan tersebut berisi kritikan terhadap proses peradilan atas kaum gay di Uganda.

Seperti dilansir AFP, Kamis (24/10/2013), sebuah badan keagamaan pemerintah Bangladesh, Islamic Foundation menyerukan kampanye melawan Yunus. Bahkan mereka juga mendorong puluhan ribu ulama yang bernaung di bawah mereka untuk melakukan aksi protes massal.

Aksi protes tersebut akan digelar pada 31 Oktober di ibukota Dhaka. Bahkan pihak Islamic Foundation dilaporkan telah mencetak spanduk dan poster yang berisi kecaman terhadap pria berusia 73 tahun tersebut.

Islamic Foundation merupakan bagian dari Kementerian Urusan Agama Bangladesh. Menurut Direktur Umum Islamic Foundation, Shamim Mohammad Afzal, telah menjadi tanggung jawab moralnya sebagai seorang muslim dan kepala badan tersebut untuk melawan Yunus yang dinilai sudah tidak mencerminkan nilai Islam.

“Pernyataannya bertentangan dengan Alquran dan Hadits,” ucap Afzal kepada AFP. Dalam pidatonya kepada ulama di seluruh wilayah Bangladesh, Afzal memberitahu mereka bahwa telah menjadi tugas mereka untuk memprotes sikap Yunus yang mendukung homoseksualitas.

Sementara itu, Yunus yang juga seorang profesor ekonomi ini menolak untuk mengomentari hal ini. Namun seorang aktivis HAM setempat mengkritik kampanye kebencian terhadap Yunus itu.

“Bagaimana bisa organisasi suatu negara menjalankan kampanye intimidasi seperti ini? Ini hanya akan memicu aksi kekerasan terhadap profesor Yunus,” ucap Sara Hossain yang merupakan pengacara dan aktivis HAM ternama di Bangladesh.

Sumber : detiknews.com