Search
Close this search box.
Nathan Verhelst (Foto: facebook)
Nathan Verhelst (Foto: facebook)

Suarakita.org- Tidak sedikit trangender di dunia, sebagian dari mereka berhasil melakukan beberapa operasi dan mendapatkan bentuk tubuh serta identitas baru yang diidamkan. Namun sayangnya ada juga yang justru gagal, contohnya Nathan Verhelst (44). Operasi transgender yang dilakukannya gagal hingga ia memutuskan untuk disuntik mati.

Nathan Verhelst (44), trangender asal Belgia yang memiliki nama asli Nancy ini melakukan operasi transgendernya beberapa tahun lalu. Namun sangat disayangkan, hasilnya sangat jauh dari yang ia bayangkan. Ia pun meninggal pada 29 September 2013 setelah disuntik mati sesuai dengan keinginannya.

Dikutip dari Daily Mail, Rabu (2/10/2013), permintaan proses suntik mati atau euthanasia yang diajukan Nathan diterima karena adanya penderitaan psikologis yang tidak tertahankan.

“Dada baru saya tidak cocok dengan yang saya harapkan dan penis baru saya menunjukkan gejala penolakan. Saya tidak ingin menjadi…monster,” ujar Nathan.

Nathan melakukan transformasinya menjadi seorang pria dimulai dengan melakukan terapi hormon pada tahun 2009, diikuti oleh proses mastektomi dan pada akhirnya dilakukan operasi konstruksi penis tahun lalu. Namun, prosedurnya tidak sesuai dengan rencana hingga mengubahnya menjadi seperti monster.

Beberapa jam sebelum kematiannya ia mengatakan kepada Het Laatse Nieuws Belgia, “Saya ingin merayakan kelahiran baru saya. Namun saat saya bercermin, saya justru jijik dengan diri saya sendiri.”

Nathan meninggal setelah diberikan suntikan mematikan yang dilakukan oleh dokter yang sama yang mengakhiri hidup satu pasang kembar tuli yang divonis akan buta pada tahun lalu.

Keluarga Nathan belajar dari keputusan Nathan melalui surat perpisahan yang ditinggalkannya. Keputusan Nathan itu muncul di tengah perdebatan sengit mengenai euthanasia di Belgia, di mana jumlah kematian akibat praktik kontroversial ini melonjak hingga 25 persen tahun lalu.

Angka resmi menunjukkan bahwa angka orang yang memilih untuk mengakhiri hidupnya melonjak dari 1.133 pada 2011 menjadi 1.432 pada tahun 2012, mewakiliki sekitar dua persen dari semua kematian di negara tersebut.

Euthanasia adalah sah menurut hukum Belgia jika mereka memiliki keputusan yang jelas mengapa ingin melakukannya dan menderita sakit yang tidak tertahankan menurut penilaian dokter.

Hukum Belgia berbeda dengan Swiss yang terkenal untuk klinik Dignitas di mana hanya proses bunuh diri dengan bantuan yang diperbolehkan. Ini berarti pasien harus berperan aktif dalam pemberian obat yang akan mengakhiri hidup mereka.

Wim Distelmans, spesialis kanker yang melakukan euthanasia pada Nathan adalah dokter yang sama yang pada tahun lalu mengakhiri hidup dua satu pasang kembar tuli, Marc dan Eddy Verbessem yang keduanya divonis akan buta.

Keduanya berusia 25 tahun dan berasal dari desa Putte dekat kota Mechelen, mereka hidup bersama hingga dewasa dan tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar.

Sumber : detik.com