Search
Close this search box.

Peluncuran Buku : Rakyat Kecil, Islam dan Politik

 

Suarakita.org- 30 tahun meneliti Islam di Indonesia, Martin van  Bruinessen, meluncurkan buku kompilasi penelitian di Gedung Nusantara II Universitas Indonesia (UI), Rabu 11 September 2013.

Buku bertajuk, Rakyat Kecil, Islam dan Politik, menjabarkan pengalaman Bruinessen dalam meneliti orang miskin dan kaitannnya dengan pemikiran Islam. Berdasarkan pengakuan Bruinessen, ada yang berubah dari Indonesia. Kata-kata, wong cilik, proletar, marhaen, sudah sangat jarang muncul di banyak media Indonesia. “Apakah wong cilik di Indonesia sudah tidak ada?” tanya Bruinessen.

Kemudian Bruinessen pun berbagi kisah ketika dia meneliti orang miskin di daerah Bandung,  pada tahun 1980-an. Ketika penelitiannya selesai dan dipublikasi di media nasional, Walikota Bandung tidak percaya ada warga miskin seperti yang ditulis Bruinessen. Dan setelah itu, Walikota Bandung memberikan solusi untuk memindahkan warga miskin tersebut dengan menyuruh mereka agar bertransmigrasi. Mengatasi kemiskinan dengan menghilangkan orang miskin, “Ini yang dilakukan Orde Baru” katanya.

Pertanyaan besar Martin van Bruinessen di penelitiannya adalah apakah Islam mampu memberikan suara kepada orang yang tidak punya? “Tentu saja mampu” kata Bruinessen. Dia menjelaskan di masa lalu, Islam merah yang merupakan Islam dengan nuansa komunisme senantiasa menjembatani antara Islam dan rakyat kecil, sebelum akhirnya diberangus karena peristiwa G30S.

Setelah itu, adakah kaitan antara rakyat kecil dengan pemahaman radikal? Menurut Bruinessen tidak ada kaitannya. Berdasarkan pengalaman penelitian di Bandung, dia menilai bahwa orang kecil di tempatnya meneliti adalah Islam abangan. Justru pemahaman radikalisme datang dari orang-orang yang ekonominya kelas menengah,”Karena radikalisme memerlukan kekuatan ekonomi” kata Bruinessen beragumen.

Martin van Bruinessen (kedua dari kanan) dan Erry Seda (keda dari kiri) dalam sesi diskusi (Foto: Rikky/Suara Kita)
Martin van Bruinessen (kedua dari kanan) dan Erry Seda (kedua dari kiri) dalam sesi diskusi
(Foto: Rikky/Suara Kita)

Meskipun begitu, Bruinessen menyadari bahwa teorinya tentang tidak adanya pemikiran radikalisme di kalangan orang kecil tidak begitu kuat. Tidak lama setelah artikel penelitiannya dipublikasi, muncul tragedi Tanjung Priok di Jakarta. Menurutnya tragedi ini terjadi karena pemikiran radikalisme, orang kecil melawan pemerintah menggunakan argumen agama dan korban paling banyak pun datang dari orang kecil. “Jadi teori saya itu mungkin cocok di kota Bandung tapi tidak cocok di Jakarta” ujar Bruinessen.

Melihat begitu ketaranya Bruinessen memihak orang kecil, Erry Seda, Sosiolog UI, menilai buku ini secara positif, ”Tidak banyak peneliti yang memiliki keberpihakan yang jelas” ujarnnya. (Gusti Bayu)