Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Sebuah penelitian baru menemukan bahwa ejekan homofobik adalah “perilaku kekerasan” paling umum di antara remaja lelaki.

Penelitian yang hasilnya diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine , mengamati apakah sikap terhadap kesetaraan gender mempengaruhi kekerasan pada remaja lelaki.

Penelitian ini mensurvei 866 anak lelaki remaja dalam pengaturan komunitas seperti program dan perpustakaan setelah sekolah, yang mencakup 20 lingkungan sumber daya yang lebih rendah di Pittsburgh, Pennsylvania.

Menurut para peneliti, ini adalah penelitian pertama yang menanyakan anak lelaki remaja tentang kekerasan dan sikap terhadap gender di “perkotaan Amerika, pengaturan berbasis komunitas”, daripada sekolah atau klinik.

Para peneliti menemukan bahwa ketika siswa sekolah menengah mendukung kesetaraan antar gender, mereka cenderung untuk tidak terlibat dalam perilaku kekerasan, misalnya perundungan atau kekerasan seksual.

Anak lelaki yang telah melihat teman sebaya mereka terlibat dalam setidaknya dua perilaku pelecehan yang berbeda terhadap perempuan dan anak perempuan, dua kali lebih mungkin melakukan perkosaan dan lima kali lebih mungkin menjadi pelaku perundungan kepada orang lain, terlepas dari gender.

Namun, dari 866 sampel yang diteliti, 73,2 persen terlibat dalam ejekan homofobik, misalnya menyebut “homo” atau “bencong” dengan cara yang merendahkan.

Penelitian ini menggambarkan hasil sebagai “membingungkan”, karena berbeda dengan perilaku kekerasan lainnya, pandangan tentang kesetaraan gender tidak berpengaruh pada tingkat ejekan homofobik, meskipun pertanyaan menilai pandangan mereka tentang kesetaraan termasuk beberapa tentang homofobia.

Alison Culyba, asisten profesor pediatri di Divisi Adolescent and Young Adult Medicine di UPMC Children’s Hospital of Pittsburgh, mengatakan : “Ini sangat biasa, mereka mungkin melihatnya sebagai bentuk interaksi yang dapat diterima, bahkan mungkin pro-sosial, dengan rekan-rekan mereka. “

Ejekan dan perundungan homofobik, bifobik, dan transfobik sangat mempengaruhi remaja di seluruh dunia, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan bahkan bunuh diri.

Awal tahun ini, sebuah penelitian menemukan bahwa 77 persen remaja LGBT di Irlandia pernah mengalami pelecehan verbal di sekolah, dan  81 persen murid sekolah di Skotlandia telah mendengar sesama siswa membuat komentar homofobik, bifobik, atau transfobik. (R.A.W)

Jurnal penelitian dapat diunduh pada tautan berikut:

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2019/12/Male-Adolescents’-Gender-Attitudes-and-Violence-Implications-for-Youth-Violence-Prevention.pdf”]

Sumber:

pinknews