Search
Close this search box.

Cerita Embun

SuaraKita.org – Namaku Embun bulan depan aku tepat berusia 22 tahun. Aku seorang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.  Aku tidak melanjutkan kuliah karena harus mencari pekerjaan guna mengobati keunikan dalam diriku. Apa yang membuat diriku seunik itu sehingga aku harus banting tulang sebegitu hebatnya? Aku adalah seorang interseks.

Interseks adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki anatomi seksual yang berbeda dengan definisi anatomi seksual pada umumnya. Contohnya seperti seorang bayi perempuan yang baru lahir dan memiliki klitoris yang besar tetapi bukaan vaginanya kecil atau malah seorang bayi lelaki yang terlahir dengan ukuran penis yang kecil dan memiliki skrotum yang terbelah sehingga terlihat seperti bibir vagina. Ada juga bayi yang terlahir dengan kromosom campuran XX dan XY.

Salah satu jenis intersex dengan kromosom 46 XX (perempuan) yang sering dijumpai adalah Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH). CAH disebabkan oleh pembesaran anak ginjal sejak lahir sehingga berefek pada tidak terhasilnya hormon-hormon tertentu. Oleh karena itu, hormon harus dirangsang dengan obat yang dikonsumsi selama hidup. Bagi orang dewasa, hanya diberikan obat untuk bengkak untuk menekan anak ginjal tersebut supaya hormon dapat dihasilkan.  Ada dua jenis CAH, yakni; klasik dan non-klasik. Artinya yang kekurangan garam dan tanpa kekurangan garam. Akibat dari kekurangan garam ini, daya tahan tubuh menjadi lebih lemah. Oleh karena itu, banyak anak kecil penderita CAH yang meninggal.

Dulu, aku sering kejang-kejang. Sejak bayi sampai umur 7 tahun, walaupun daya tahan tubuhku cukup kuat, aku pernah terkena kejang-kejang hingga mati suri. Uniknya, setelah aku divonis meninggal dan sedang didoakan, kakakku yang terakhir memegang kupingku, lalu tiba-tiba saja aku mulai kembali bernafas.

Ketika orang tuaku menemukan kejanggalan dengan alat kelaminku, mereka membawaku ke bidan setempat yang membantu proses kelahiranku. Sayangnya, keunikan dari alat kelaminku tidak dapat diidentifikasi oleh bidan dan dokter praktik manapun yang telah kami kunjungi sehingga langkah-langkah selanjutnya tidak berani kami ambil.

Aku dibesarkan sebagai seorang anak perempuan. Rambutku panjang dan aku mengenakan rok. Walaupun demikian, fisikku cukup berbeda dengan teman-teman perempuanku yang lain. Badanku tegap dan kekar, kulitku legam, dan kekuatanku pun sama besarnya dengan anak lelaki seumuranku pada saat itu, bahkan bisa lebih kuat. Daya tahan tubuhku pun bisa dibilang sangat baik. Sempat terbesit dalam benakku, “Tuhan, kenapa sih aku enggak pernah dikasih sakit? Sekali aja…” Hal ini tentunya hanya bercandaku saja karena diriku selalu sehat, jadi tidak memiliki alasan untuk bolos sekolah. Tak jarang aku menjadi korban ejekan karena kondisi tubuhku yang berbeda dengan perempuan pada umumnya ini.

Ayahku adalah mantan tentara. Dia mendidik kami berlima dengan cukup keras. Aku memiliki empat orang kakak, kakakku yang terakhir juga seorang interseks. Itulah mengapa aku dengan kakakku yang terakhir memiliki hubungan yang lebih dekat dan kuat dibanding dengan kakakku yang lainnya. Namun, aku tidak pernah membedakan karena kami semua adalah saudara yang sudah seharusnya mendukung satu sama lain.

Menjalani hidup sebagai seorang interseks pernah membuatku kebingungan dan depresi. Aku kebingungan dengan tubuh dan jati diriku yang sebenarnya. Tetapi akhirnya aku sadar bahwa aku tidak bisa terus menerus seperti ini, maka dari itu sejak masuk SMK aku mulai mencari informasi tentang Interseks dan pengobatan apa yang bisa dilakukan.

Tidak mudah untuk menjalani hidup sebagai seorang interseks. Perudungan tidak hanya aku dapatkan dari teman sekolah, tetapi juga dari guru-guru yang mengajar di sekolahku. Lalu apa yang kulakukan? Aku menutup mulut mereka dengan kepintaranku. Aku coba tunjukkan prestasiku di bidang akademik, sehingga tidak ada yang berani macam-macam denganku.

Sebelum diberikan pengobatan, aku diberikan pilihan  oleh dokter untuk memilih menjadi lelaki atau perempuan. Akhirnya aku memutuskan untuk menjadi seorang perempuan, karena aku memiliki rahim tetapi belum pernah datang bulan. Setelah diberikan pengobatan, akhirnya hormon perempuanku pun bertambah. Kulitku menjadi lebih halus dan aku pun mulai menstruasi.  Perlu ditekankan bahwa setiap pasien interseks harus menyetujui setiap perubahan yang akan dilakukan atas tubuhnya, karena setiap pasien memiliki hak penuh untuk mengubah atau tidak mengubah, dan untuk memilih jenis kelaminnya.

Ketertarikan seksualku bisa dibilang cukup unik. Aku tertarik secara seksual kepada waria dan perempuan. Namun entah kenapa, aku lebih tertarik dengan waria, bahkan sempat berpacaran dengan seorang waria. Sayang, cerita kami kandas di tengah jalan karena ada satu dan lain hal yang sulit untuk kuceritakan di sini. Meskipun begitu, tidak semua interseks memiliki ketertarikan seksual yang sama denganku.

Harapanku bagi orang tua yang memiliki anak yang interseks adalah keterbukaan dan penerimaan. Pertama, tentunya anak tersebut harus diterima secara seutuhnya bersama dengan keunikannya, sama seperti anak pada umumnya. Kedua, untuk membantu anak tersebut memang harus terbuka dan tidak perlu malu untuk bilang kepada pihak medis sehingga dapat ditangani dengan tepat. Selain itu, aku juga mengharapkan agar pengetahuan tentang intersex dapat berkembang di antara tenaga medis, karena sayangnya tidak semua mengerti dan memiliki pengetahuan dasar tentang interseks ataupun CAH. (K.O)