SuaraKita.org – Empat universitas khusus perempuan lain di Jepang mempertimbangkan untuk menerima mahasiswa transgender perempuan yang secara hukum masih dianggap sebagai lelaki mengikuti keputusan perubahan kebijakan penerimaan yang dikeluarkan oleh Ochanomizu University baru-baru ini.
Ochanomizu University, sebuah perguruan tinggi negeri di wilayah Bunkyo, Tokyo. Mereka mengumumkan kebijakan pada 2 Juli lalu yang akan menjadi efektif mulai dari tahun fiskal 2020.
Kementerian pendidikan mengatakan keputusan Ochanomizu University mungkin yang pertama di antara perguruan tinggi perempuan di Jepang. Sampai sekarang semua institusi lain yang dimaksud hanya menerima mahasiswa yang secara hukum adalah perempuan.
Dua dari universitas perempuan lain yang mempertimbangkan perubahan kebijakan adalah Tsuda University dan Japan Women’s University, keduanya terletak di Tokyo, di mana diskusi telah berkembang dengan serius.
Yuko Takahashi, direktur Tsuda University di Kodaira, mengatakan, “Kami menyambut keputusan Ochanomizu University, yang tahun lalu ikut untuk membahas permohonan perubahan kebijakan mereka pada mahasiswa transgender bersama Japan Women’s University.”
Japan Women’s University di Bunkyo, Tokyo telah berdiskusi mengenai masalah ini sejak tahun fiskal 2017. Pada akhir 2015, sekolah menengah pertama yang terikat ke universitas tersebut menerima permintaan dari orang tua siswa prospektif yang secara hukum adalah lelaki tetapi mengidentifikasi dan hidup sebagai perempuan.
Tsuda University memulai diskusi mereka sejak Mei 2017 di sebuah komite yang terdiri dari direktur, wakil direktur dan kepala masing-masing fakultas. Pada 2 Juli, komite menegaskan niatnya untuk menerima para mahasiswa tersebut mulai dari tahun fiskal 2020.
Universitas akan membuat keputusan akhir setelah menjelaskan aturan baru kepada fakultas, mahasiswa, orang tua dan alumni.
“Universitas khusus perempuan telah menyediakan lingkungan belajar bagi perempuan yang peluangnya terbatas. Kami menilai bahwa kami harus menerima orang-orang minoritas seksual yang berjuang untuk menjalani hidup mereka dengan memperluas definisi perempuan, ”kata Yuko Takahashi.
Setelah mengadakan sesi dan pertemuan belajar untuk bertukar informasi dengan perguruan tinggi perempuan yang lain, Japan Women’s University sedang mempertimbangkan perubahan kebijakan dengan fokus untuk memberlakukannya mulai tahun fiskal 2020 agar selaras dengan Ochanomizu University.
Tahun fiskal ini, universitas akan meminta komentar dari mahasiswa, orang tua dan alumni.
“Bagaimana cara untuk membuat kampus sebagai tempat dimana hak asasi manusia dihargai adalah isu bagi universitas kami secara keseluruhan. Memperhatikan prosesnya, kami ingin terus melakukan pembicaraan dan diskusi. ” ujar Satoko Oyama, kepala Fakultas Seni dan Ilmu Sosial dan anggota dewan direksi Japan Women’s University.
Tokyo Woman’s Christian University di Suginami, Tokyo juga telah mempertimbangkan untuk mulai menerima kelompok minoritas di tahun fiskal 2020 atau setelahnya. Sebuah kelompok yang terdiri dari wakil direktur universitas dan fakultas dibentuk pada musim panas lalu, dan akan menyusun pedoman dasar tentang masalah ini pada akhir tahun fiskal 2018.
Kazuhiro Mori, direktur universitas, berkata, “Kami menganggap masalah ini sebagai universitas khusus perempuan yang hidup bersama dengan orang-orang minoritas sosial berdasarkan semangat Kekristenan.”
Nara Women’s University, universitas negeri yang terletak di Nara, juga telah membahas memberikan kesempatan kepada transgender perempuan untuk mengikuti ujian masuknya. Musim gugur yang lalu, perguruan tinggi ini membentuk kelompok kerja dan mulai membahas masalah yang perlu diselesaikan untuk membuat kebijakan menjadi nyata.
“Mengingat arah masyarakat, tidak akan ada keputusan kami yang tidak menerima mahasiswa transgender perempuan,” kata wakil direktur universitas Hidemi Ogawa.
Sejak 2014, setidaknya lima universitas wanita di Amerika Serikat, termasuk Smith College dan Mount Holyoke College, telah mengumumkan bahwa mereka memberikan kesempatan bagi para mahasiswa transgender perempuan untuk belajar di kampus mereka. (R.A.W)
Sumber: