SuaraKita.org – Bulan Juni yang akan datang, pasangan LGBT di Singapura akan mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dalam sebuah buku panduan yang akan melihat bagaimana hukum di Singapura berlaku dalam aspek kehidupan LGBT.
Proyek ini dimulai oleh Indulekshmi Rajeswari, seorang pengacara yang mengidentifikasi sebagai perempuan biseksual. Dia mengatakan teman-temannya sering bertanya tentang hukum dan hubungan LGBT mereka tetapi dia tidak memiliki jawaban.
“”Saya tahu teman-teman saya bertanya kepada saya karena mereka tidak tahu pengacara lain yang ramah LGBT,” katanya.
Oleh karena itu keputusannya untuk membuat Buku Panduan Hukum ini untuk Pasangan & Keluarga LGBT di Singapura (Legal Guidebook for LGBT Couples & Families in Singapore), yang menyerupai buku panduan LGBT di negara-negara lain seperti Amerika Serikat.
Buku ini tampak sebagai “ambiguitas hukum” yang berlaku dalam pernikahan, perjanjian hubungan, properti, surat wasiat dan warisan, keputusan tindakan medis dan anak-anak.
Sebuah kampanye untuk mendanai proyek ini dimulai oleh A GiveAsia, sebuah kelompok urun dana (crowdfunding). Tim tersebut berhasil mengumpulkan 10.000 Dollar SIngapura dalam waktu kurang dari 24 jam dengan target 15.000 Dollar Singapura yang diperlukan untuk mencetak 2000 eksemplar. Sampai senin (13/3) kemarin tercatat sebanyak 18.000 Dollar Singapura berhasil dikumpulkan.
Buku panduan ini akan didistribusikan kepada organisasi-organisasi LGBT dan akan disediakan gratis secara online untuk diunduh.
Menurut Leow Yangfa, direktur eksekutif dari kelompok konseling LGBT Oogachaga buku panduan ini dapat mengisi celah yang selama ini dibutuhkan para pekerja sosial .
Indulekshmi Rajeswari juga mengatakan bahwa dengan buku panduan ini pengacara pun dapat melihat hukum dan peraturan untuk menjawab berbagai isu, walaupun ada beberapa bagian yang tidak memiliki kebijakan yang tersedia untuk umum.
“Sebagai contoh, kami tidak bisa menemukan panduan yang tersedia untuk umum tentang apa yang dibutuhkan untuk merubah identitas gender seseorang yang sah secara hukum.” Ungkapnya.
“Ini adalah salah satu dari banyak contoh dari jenis ambiguitas hukum yang dihadapi oleh LGBT di Singapura. Ini adalah jenis ambiguitas yang sering tersembunyi atau jarang dibahas.”
Indulekshmi Rajeswari telah mengerjakan panduan tersebut semenjak bulan November 2015, bersama dengan 18 orang lain dalam sebuah tim. Mereka terdiri dari pengacara, mahasiswa hukum, akademisi yang berhubungan dengan hukum . termasuk juga orang-orang yang mengedit, marketing dan mendesain.
Deryne Sim, seorang pengacara yang sukarela ikut dalam proyek ini merasa buku panduan tersebut “sangat dibutuhkan”. Dia menghabiskan lebih dari 30 jam kerja pada bab berurusan dengan kehendak dan kekuasaan abadi pengacara.
Ching S. Sia seorang mahasiswa doktoral yang ikut berdonasi mengatakan dia sangat senang dengan adanya buku panduan tersebut dan dia berharap lebih kepada bab yang menjelaskan tentang anak dan aset dalam pasangan LGBT menurut hukum. (R.A.W)
Sumber :