Search
Close this search box.

Bunuh Diri Berakar Dari Rasa Malu

Suarakita.org- Dr. Hastaning Sakti, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, menyatakan bahwa bunuh diri berakar dari rasa malu.

Dihubungi melalui telepon, Jum’at 2 September 2016, Hasta sapaan akrab Hastaning Sakti menjelaskan ada 17 tataran mental. Di tataran paling bawah ada ashamed  atau malu. Menurutnya, tindakan bunuh diri muncul bisa jadi karena kondisi dia sangat malu, dia merasa tidak punya harga diri, dia merasa tidak berkembang.  “Artinya sudah di  tataran paling bawah dari kondisi tataran mental seseorang”, ungkapnya.

Kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) menjadi  kelompok yang sangat rentan terhadap perilaku menyakiti diri sendiri, hingga berujung bunuh diri. Setidaknya menurut www.wegiveadamn.org, dua dari lima LGBT muda kerap berpikir untuk bunuh diri. Dan satu dari tiga diantara mereka yang berpikir untuk bunuh diri itu benar-benar melakukannya.

Menurut Hasta, hal ini terjadi karena kelompok LGBT merasa terpojok, tidak ada rasa kenyamanan dalam diri, tidak ada rasa ketentraman dalam diri, apalagi kelompok LGBT mendapat tekanan dari masyarakat. “Kemudian terdesak oleh kondisi akhirnya apa yang bisa dibanggakan? Masyarakat juga menekan mereka.” jelas Hastaning.

Bila ada seseorang yang menyatakan diri ingin bunuh diri, Hasta menyarankan agar kita tidak menasehati berlebihan. “Kita memang jangan kemudian menyatakan ‘bunuh diri itu enggak boleh, ‘bunuh diri secara agama tidak boleh’,  orang kalau dibegitukan akan balik menyatakan ‘ngerti apa Lo’.” katanya.

Hastaning Sakti lebih menyarankan agar kita membangkitkan rasa bangga, rasa kebermanfaatan dirinya bagi lingkungan sekitar, dan mengungkapkan potensi diri yang dimilikinya. “Suicide (bunuh diri – red) itu karena malu, sebetulnya malu itu harus ditentang, ditentang dengan mengungkapkan potensi diri,” ungkap Hasta.

Hasta selalu menyakinkan orang yang punya kencendrungan untuk bunuh diri bahwa diri mereka punya potensi. “Apa sih potensi dirimu? Pasti Allah kasih potensi, cuma Kamu saja belum melihat.” kata Hasta. (Teguh Iman)