Minggu, 12 Juni 2016. Kelab malam Pulse , sebuah kelab yang selama lebih dari 15 tahun menjadi tempat komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) saling bertemu menjadi sasaran aksi teror seorang laki-bersenjata yang melepaskan tembakan dari senapan penyerbu AR-15 secara membabi buta ke arah bar yang terletak di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Aksi tersebut menewaskan 50 orang dan mencederai 53 lainnya (Kompas.Com).
Media lokal menyebutkan pelaku melakukan teror penembakkan didasari atas kebencian terhadap kelompok LGBT. Ini sebuah ironi, di mana Amerika Serikat, sebuah tempat yang sangat mendorong pemenuhan hak-hak LGBT di negaranya bahkan di dunia mengalami aksi teror seperti itu.
Kami atas nama Gerakan Keberagaman Seksualitas Indonesia (GKSI) dan kelompok masyarakat sipil di Indonesia sebagai bagian dari warga dunia mengutuk keras aksi teror tersebut. Kepada korban dan keluarga korban, kami ucapkan belasungkawa dan turut berduka atas tragedi kemanusiaan ini. Karena atas dasar apapun, seseorang tidak boleh melakukan kekerasan. Kami pun menolak mengaitkan aksi ini dengan agama pelaku. Bagi Kami, aksi ini adalah murni aksi teror yang didasari oleh kebencian, tidak ada agama yang menganjarkan terorisme. Teror ini menjadi petanda bahwa LGBT di manapun berada hidup dalam ketidak-amanan, baik itu di negara berkembang maupun di negara yang tergolong maju.
Oleh karena itu kami meminta Pemerintah Republik Indonesia untuk :
- Berperan aktif menyuarakan, mempromosikan, mengkampanyekan hak-hak LGBT baik di tingkat nasional maupun Internasional
- Mengantisipasi secara sistematis segala kemungkinan aksi kekerasan serupa terjadi terhadap LGBT maupun kelompok marginal lainnya di Indonesia.
- Membuat regulasi yang memastikan kelompok LGBT terlindungi dari aksi kekerasan dan diskriminasi pada ruang privat maupun publik.
- Mengajak publik khususnya tokoh agama untuk terus mengembangkan pendidikan perdamaian yang mempunyai nilai non-kekerasan dan non-diskriminasi pada siapapun khususnya kelompok LGBT.
Salam Keberagaman
Tertanda
Narahubung :
Agustin (Ardhanary Institut) : 0818808076
Teguh (Suara Kita) : 081297592969
Organisasi :
Ardhanary Institute
GWL Ina
Perempuan Mahardika
Suara Kita
BITES
Rumah Pelangi Indonesia
Support Group and Resource Center on Sexuality Studies
Indonesia Institute
ASEAN Youth Forum
JKLPK Indonesia
Gema Lentera Tadulako
Inspirasi ID
Pusat Demokrasi dan HAM Universitas Sanata Darma
Keppak Perempuan
IndoPROGRESS
Yayasan Pantau
Komunitas Payung Semarang
Bumi Kecil Jakarta
Nurani Perempuan
Sobat KBB
Politik Rakyat
Yayasan Teguh Karya
Institut Mosintuwu
LBH APIK Semarang
Perempuan Berbagi
Aliansi Sumut Bersatu
Indonesia Aids Coalition
Bravo MDC
Individu :
Melinda Siahaan – Mahasiswa
Ekky Alexander Lizardo – Wiraswasta
Uwi Mathovani – Wiraswasta
Canu Siregar – Mahasiswa
Dina Listiorini – Mahasiswa PhD
Joss Wibisono
Gunn Wibisono, M.Si.
Fajar Zakhri
Masiyono
Avi Mahaningtyas – Profesional
Maria Pakpahan
Revandi Oktovian
Bonny Triyana
Tomy Michael – Tenaga Edukatif
Salma Safitri
Yuyun Wahyuningrum
Panca Saktiyani
Ananda Sukarlan
Mas Ayu Yulia
Tri Agus Susanto, M.Si. – Dosen Prodi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Jogja
Lely Zaelani Hapsari
Chrysogonus Siddha Malilang – Mahasiswa PhD
Salbiyah
Anastasia Satriyo
Woro Wahyuningtyas
Anna Marsiana
Denni Pinontoan
Putri Laila Tanjung – Mahasiswa
Shinta Miranda – Penulis
Elisabeth Oktofani – Penulis
Dewi Ratnawulan – Human Rights Advisor
Kudeta Katharina – Pegawai
Aditya Sylvana – Human lover
Muhammad Iqbal Suma – Penulis
Qory Dellasera
Ponari – Aktivis sosial
Jezaya Liberti – Aktivis LGBT Manado
Helga Worotitjan
Nanang Sunandar
Yosep Yapi Taum
Made Supriatna – Peneliti dan Jurnalis
Kencana Indrishwari
Anung Nur Rachmi – Seorang Ibu
Ida Anggraeni Ananda
Meirina Sari Butar Butar
Kardina Karim Hamado
Windu Yusuf
Imam Shofwan
Said Iqbal – Leveransir
All Tampakatu
Kyo Ichikogyo
Oriel Calosa
Stanley Osyaviva
Muhammad Agus Samsudin
Rasyid Ridha
Budhis Utami – Aktivis
Reza Doang – Aktivis
Agus Wahyudi
Dewi Astuti – Pekerja Sosial
Aan S. Rianto
Pudji Tursana
Siswa Santoso – Peneliti
Stephen Suleeman – Dosen
Ita Fatia Nadia – Peneliti
Christopel Paino – Jurnalis
Timo Duile – Peneliti
Ririn Sefsani
Selfitriani Kulla
Erwin Santoso – Jurnalis
Yefri Heriani
Angger Wiji Rahayu
Palti Hatoguan Panjaitan – Pendeta
Ditta Wisnu – Mahasiswa
Vivi Widyawati
Wisnu Surya Pratama – Pekerja Film
Yenny N. Lubis
Nuke Nugroho – Aktivis Sosial
Stephanus Winarto – Aktivis HAM
Aceng Handayani Sutisna – Buruh Masak
Ilma Sovri Yanti – Aktivis
Citra Dara Farera
Otniel Adityo Setiawan – Mahasiswa
Andre William – Aktivis
Rio Maesa – Penulis
Chrissy Siahaan – Aktivis
Arther Panther Olii – Guru Honorer
Ali Sutra
Dian Makruf
Roberto Lie
Andris Wisatha Aries Putra – Digital Strategist
Liza Hadiz
Aryawiryawan Epifanes Ruben Simauw – Pekerja Seni
Irmia Fitriyah – Pedagang
Akmil Wathonie – Santri
Poppy Louise
Sicillia Leiwakabessy – Penulis
Nursyahbani Katjasungkana – Human Rights Lawyer
Alita Karen
Lian Gogali
Eva Simanjuntak – Single Mom
Ayu Wahyuningroem – Peneliti
Penrad Siagian
Mia Amalia – Penulis
Soka Handinah Katjasungkana
Purna Adhiyasa Supriadi – Seniman
Wisesa Wirayuda – Budayawan
Ardian Rudianto Hunta – Mahasiswa
Ferry Wira Padang
Aditya Wardhana
Edo Caniago – Juru Bahasa Isyarat