Search
Close this search box.

[KISAH] Bapakku Tersayang

Oleh: Wisesa Wirayuda*

Suarakita.org- Sahabat saya memutuskan untuk membagi kisahnya tentang bagaimana dirinya bisa mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang gay. Dia mengundang saya ke tempat kosnya yang berada di dekat kampus tempatnya menuntut ilmu di Bandung, Jawa Barat. Sebut saja namanya Ratu (bukan nama asli). Seorang perempuan dengan rambut panjang hitam terurai. November tahun ini Ratu akan berumur dua puluh.

Begitu saya sampai di tempatnya, Ratu sedang asyik mendengarkan musik melalui headphone yang ia kenakan. Ratu tidak terlihat gugup atau canggung. Dia terlihat santai ketika hendak menceritakan tentang ayahnya itu. Bahkan dia dengan percaya dirinya mengatakan siap bercerita kepada saya.

Ratu membuka ceritanya dengan kronologi bagaimana dirinya bisa mengetahui tentang orientasi seksual ayahnya itu. Dimulai dari sebuah pesan singkat yang masuk ke ponsel ayahnya sekitar satu tahun yang lalu. Ratu tanpa sengaja membaca pesan singkat yang sudah terlanjur terbuka itu. Sebuah pesan singkat yang menurut Ratu tidak wajar diterima oleh seseorang yang sudah menikah.

“Sampai pake kata sayang-sayang segala. Waktu itu aku kira bapak selingkuh.” Kata Ratu.

Sampai suatu hari Ratu menemukan panggilan masuk ke telepon genggam milik ayahnya. Sebuah panggilan masuk dari seseorang yang sering mengirimi ayahnya pesan singkat yang mesra itu. Dan di situlah Ratu terkejut ketika ternyata suara yang ia dengar adalah suara laki-laki.

Ratu sebenarnya sudah menaruh curiga pada ayahnya itu sejak dia masih duduk di sekolah dasar karena dia melihat pergaulan ayahnya yang seorang perias busana. “Bapak memang banyak bergaul dengan bencong-bencong.” Tambahnya. Hanya saja waktu itu dia memilih untuk tidak memikirkannya.

Setelah dia sudah mengetahui bahwa seseorang yang biasa mengirimi pesan mesra kepada bapaknya adalah seorang laki-laki, Ratu tidak bisa melakukan apapun. Dia sedih dan kecewa. Dia hanya diam karena dia juga merasa tidak bisa mengobrol dengan ibunya atau bahkan kepada keluarganya. Ratu menyimpan rahasia ini sendirian selama ini.

Pernah sekali Ratu menanyakan pada bapaknya tentang sosok laki-laki itu dan menanyakan mengapa pesan-pesan yang dia kirim sangat tidak wajar. Bapaknya menjawab, “Mungkin dia hanya bercanda.”

Setelah itu saya pun bertanya padanya, “Bagaimana jika nanti ternyata bapak masih menjalin hubungan dengan seorang laki-laki?”

Ratu tertawa, katanya dia pasti akan kecewa dan sedih namun dia juga mengatakan bahwa dia tidak akan membenci bapaknya itu. Karena mau bagaimanapun dia tetaplah bapak kandung Ratu yang selama ini menyayanginya. “Hade goreng da bapak sorangan. (Baik atau buruk tetap bapak kandung sendiri)”, katanya sembari sedikit tertawa.

Ratu juga memberikan beberapa saran kepada orang-orang yang mungkin sekarang sedang dalam posisi seperti yang Ratu alami. “Tidak perlu terlalu dipikirkan. Berpikir positif saja. Kalaupun ternyata memang benar, kita tidak perlu mengusiknya kalau toh kita tidak merasa terganggu. Biarkan saja karena kita juga tidak bisa menuntut mereka agar sejalan dengan pikiran kita. Dibawa enjoy saja.”

“Karena menurut aku pribadi, gay itu sampai kapanpun tidak bisa ‘sembuh’. Meskipun mereka sudah tuir (tua – red), dan sudah punya anak cucu. Mereka akan tetap seperti itu. Dan kita tidak bisa memaksa mereka untuk “berubah” karena yang bisa “mengubah” diri mereka hanyalah diri mereka sendiri.” Kata Ratu sembari tertawa.

 

*Penulis adalah kontributor Suara Kita dari kota Bandung.