Suarakita.org- Satu dari empat individu LGBT Inggris yang berprofesi sebagai guru merasa mereka harus menutupi seksualitas atau identitas gender mereka di sekolah.
Sebuah laporan statistik melaporkan hanya sepertiga dari responden yang menyatakan mereka bisa menjadi diri sendiri dan aman di sekolah. Sedangkan seperempat responden lain menyatakan mereka harus menyembunyikan orientasi seksual atau identitas gender mereka.
NASUWT (National Association of Schoolmasters/Union of Women Teachers) sebuah asosiasi guru perempuan di Inggris dalam acara konferensi konsultasi guru LGBT menyampaikan laporan statistik itu.
Seperti dikutip dari pinknews.co.uk, 56% dari responden mengatakan mereka memiliki pengalaman menjadi korban homophobia, biphobia ataupun transphobia. Dan kurang dari setengahnya percaya bahwa sekolah mereka akan merespon pengalaman mereka secara serius.
Sekretaris Jendral NASUWT, Chris Keates, secara khusu mengkritik pemerintah. Menurut Chris, homophobia di sekolah pada abad 21 ini adalah sebuah skandal. “It is scandalous that in the 21st century teachers are still reporting that homophobia is still an issue for gay, lesbian, bisexual and transgender pupils and staff and that many LGBT teachers do not feel safe in their schools.”
Chris pun menyatakan bahwa koalisi pemerintahan membuat perkembangan kesetaraan gender menjadi mundur dan dampak negatifnya dapat dilihat dari para guru dan murid di sekolah. “Despite assertions to the contrary, the Coalition Government has rolled back the progress made over decades on equality and we see the adverse impact this is having on teachers and pupils in our schools.”
Chris menegaskan bahwa masyarakat memerlukan pemerintahan yang berkomitmen menciptakan sebuah suasana di mana semua orang merasa aman dan dihormati.“Post the General Election, we need a government which is committed to creating a climate in our schools where all children and young people and staff feel respected and safe.” (Teguh Iman)
Sumber : Pink News