Search
Close this search box.

Kisah Ibu Pendamping Orang dengan HIV/AIDS

Suarakita.org-Christina Siahaan orang tua tunggal dari empat orang anak adalah satu dari sekian banyak “pendamping” orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ada di Jakarta. Pada kesempatan memperingati hari AIDS Sedunia tim Suara Kita mewawancarai Christin untuk berbagi kisah pengalaman hidupnya menjadi pendamping ODHA.

Danau di Taman Makam Pahlahwan Kalibata Jakarta Selatan tempat tim redaksi bertemu dengan Christin. Senyumnya yang ramah mengawali perjumpaan sore itu. Sambil menghadap ke danau kami mulai pembicaraan yang membahas tentang pengalamannya mengawali sebagai pendamping ODHA.

Pengalaman Mendampingi
Melakukan pendampingan ODHA adalah hal yang baru bagi Christin, kegiatan ini ia lakukan dua tahun belakangan. Segala hal tentang HIV/AIDS ia ketahui dari membaca selebaran yang dibagikan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang melakukan kunjungan dibeberapa tempat termasuk tempat tinggal Christin di Rusun Cawang Jakarta Timur.

“Awal gue melakukan pendampingan karena ada beberapa kawan-kawan terdekat gue “pergi” padahal usianya masih muda, dan setelah gue telusuri, mereka pergi karena telat mengetahui ada virus HIV ditubuhnya, padahal jika tahu lebih awal pasti tidak akan secepat itu meninggalkan gue”. ungkap Christin dengan wajah memelas membuka pembicaraan sore dibawah langit kota Jakarta yang mendung.

Hingga pada suatu ketika ia berinisiatif untuk meminta sebuah LSM untuk melakukan Dokling* bersama kawan-kawanya di tempat ia bermukim. Kegiatan cukup sukses hingga Pak Lurah ikut melakukan VCT * (Voluntary Counselling and Testing) bersama. Waktu berjalan hingga akhirnya Christin banyak diminta kawan-kawanya untuk melakukan sosialisasi dan menemani ke puskesmas dan rumah sakit rujukan yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Karena seringnya mengantarkan kawan-kawan Christin berkenalan dengan dokter dan konselor .

“Sekilas menjadi pendamping ODHA terdengar mudah, tapi diperjalananya gue malah tidak hanya jadi pendamping justru sekaligus menjadi konsultan keluarga”, tutur Christin sambil tersenyum

Sekitar setahun lalu, Christin mendampingi ODHA laki-laki yang sudah berumah tangga, dan pada suatu ketika obat-obatan terapi yang biasanya diminum dibuang oleh istrinya karena sang istri tahu bahwa obat yang diminum suaminya adalah obat terapi HIVAIDS. Mau tak mau Christin akhirnya memberikan penjelasan kepada istrinya dengan sabar sekaligus memberikan pengetahuan singkat tentang HIV/AIDS hingga akhirnya istrinya luluh dan mencoba mengerti tentang keadaan suaminya.

Christin meneteskan airmata saat ia bercerita tentang pengalamannya beberapa waktu lalu. Ia mengantarkan jenazah dampinganya dengan menggunakan ambulan ke sebuah kota di Jawa Barat. Setibanya di alamat almarhum, sang istri tidak sedikitpun meneteskan airmata dan bahkan keluarga tampak ragu menerima jenazah. Saat Christin bertanya kenapa sang istri tak bersedih, sang istri hanya menjawab “Saya kesal karena baru tahu bahwa kepergian suami saya karena karena HIV”.

“Selain pengalaman yang gue sebutkan diatas, ada juga pengalaman lain yaitu saat hendak melakukan pendampingan untuk naik ojekpun kadang gue gak punya uang, ini bagi gue menyedihkan karena gak bisa bertemu dengan dampingan gue. Ya maklumlah gue melakukan dampingan dengan suka rela dan tidak tergabung dengan lembaga manapun” ujar Christin dengan senyuman.

“Oya, satu lagi, dampingan gue kebanyakan dari orang-orang kelas menengah kebawah, gue senang mendampingi mereka, alasanya sederhana ketika mereka sudah mulai pulih dari dropnya, mereka selalu menggap gue sebagai kakaknya. Dan disaat ia bertanya tentang apa yang gue butuhkan, gue hanya mengatakan “Bantu kakak untuk mensuport temanmu yang lain” dan merekapun selalu dengan senang hati mendukung kegiatan gue mendampingi kawan-kawan ODHA yang lainya. Dan disitulah gue banyak belajar dari kawan-kawan ODHA tentang kasih dan kesabaran”.

Tangan Christin merogoh telpon gengam yang ada ditasnya dan membuka facebook. Ia kembali meneteskan airmata ketika menunjukan beberapa dampinganya yang telah tiada namun masih berteman difacebook. “Andai saja mereka tau lebih awal virus yang ada ditubuh mereka, mungkin mereka bisa bersama kita didanau ini berbagi cerita bersama”. Ucap Christin lirih sambil menyandarkan tubuhnya ditembok ditepi danau Kalibata.

Kendala
Menurut Christin yang menjadi kendala selama melakukan pendampingan diantaranya adalah kawan-kawan yang ia dampingi tidak memiliki asuransi kesehatan. Ini sangat menyulitkan sekali, karena jika kawan-kawan yang terlambat mengetahui statusnya, biasanya kondisi kesehatannya sudah sangat menurun dan jalan satu-satunya adalah dirawat di rumah sakit selama berhari-hari. Jika ini sudah terjadi maka sudah pasti akan menghabiskan banyak sumberdaya (uang) untuk membayar biaya rawat inap serta obat-obatan.

Masih lekat dalam ingatanya ketika ia mendampingi seorang kawan ODHA Waria yang tidak memiliki BPJS. Hingga pada suatu ketika sebelum ia wafat berkata “Kakak, saya tidak punya uang, ambil saja apa yang ada di kos saya untuk kakak, wig dan sepatu tolong dibantu di jual”. Kejadian ini membuat gue teriris. Ini diceritakan Christin dengan raut wajah sedih.

Kendala selanjutnya adalah langengnya stigma negatif bahwa virus HIV adalah sebuah virus akibat dari pergaulan bebas membuat Christin harus bersabar dan mengurut dada jika berhadapan dengan masyarakat dan keluarga ODHA yang masih memberikan cap buruk tersebut.

Christin menambahkan bahwa saat ini masyarakat sudah cukup melek tentang HIV/AIDS. Banyak yang ditanya tentang HIV/AIDS orang akan dengan mudah menjawabnya, namun ketika dihadapkan pada pertanyaan bagaimana jika orang terdekat ternyata positif HIV mereka bungkam.

Harapan
Diakhir pertemuan Christin mengatakan bahwa virus HIV bisa menyerang siapa saja tanpa kecuali, mengetahui lebih awal itu lebih baik daripada mengetahui ketika tubuh sudah drop. Sekarang sudah banyak tempat VCT yang bisa diakses secara berbayar maupun gratis, dan bahkan www.aidsdigital.net cukup membantu memberikan petunjuk lokasi VCT di berbagai kota di Indonesia. Jadi jangan pernah takut dan malu untuk melakukan pemeriksaan lebih dini.

Selain itu Christin juga menekankan bahwa pentingnya kita untuk memiliki asuransi kesehatan dan dalam hal ini minimal BPJS, walau tak semua ditanggung oleh BPJS ini akan mempermudah pendampingan jika dampingan ada dirumah sakit berhari-hari. Kawan-kawan ODHA tidaklah ingin diistimewakan, tapi yang mereka butuhkan adalah dukungan dari orang-orang terdekat dan keluarga. Karena itulah obat yang terbaik bagi kawan-kawan ODHA untuk melanjutkan hidup.

Sebelum mengakhiri wawancara Christin mengatakan “Jika virus HIV sudah terlanjur ada didalam tubuh jangan jadikan ia ancaman tapi jadikan ia sahabat dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, begadang dan segala hal yang selama ini sulit ditinggalkan. dan ia juga berharap pada kawan-kawan ODHA yang kini masih menyendiri tidak ada salahnya untuk bergabung dikelompok-kelompok ODHA seperti OBS (ODHA Berhak Sehat), Positive Hope Indonesia dan komunitas ODHA lainya, mereka seringkali melakukan pertemuan rutin dan berbagi informasi terkait dengan kesehatan ODHA. Banyak hal yang bisa didapat jika bergabung dengan mereka . (Yatna Pelangi)

*Jika ingin terhubung dengan Christin silahkan hubungi alamat emailnya di: chrissysiahaan@gmail.com

*Dokling/ Dokter Keliling/ Mobile Clinic adalah sebuah Program Pencegahan dan Pengobatan Untuk Kelompok Dampingan yang tidak ada waktu pergi ke Penyedia Layanan pemeriksaan IMS dan VCT.

*VCT Voluntary Counselling and Testing,yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya konseling dan tes sukarela, dalam hal ini adalah untuk tes HIV. Bagaimanapun, VCT adalah pintu masuk untuk membantu seseorang yang beresiko ataupun tidak beresiko terkena HIV untuk mendapat akses semua layanan baik informasi, edukasi, terapi, atau dukungan psikososial.