Search
Close this search box.

Suarakita-org. Penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi sangat memprihatinkan. Kementerian Kesehatan (Kemkes) memperkirakan masih banyak anak Indonesia yang terinfeksi virus mematikan ini, tetapi tidak mendapatkan pengobatan.

_MG_4259
Ilustrasi : Dok/SuaraKita/YatnaPelangi

Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, mengatakan keengganan ibu untuk memeriksakan kandungan maupun anaknya ke fasilitas kesehatan masih ada. Meskipun pada tahun 2013 lalu, jumlah perempuan, khususnya ibu hamil, yang bersedia ditest meningkat dari sebelumnya. Sampai dengan Februari 2014, sebanyak 1.814 anak telah menerima pengobatan Antiretroviral (ARV).

“Perkiraan saya masih banyak anak yang sebenarnya membutuhkan ARV, tetapi belum minum obat. Karena pada dasarnya mereka tidak dibawa untuk dites,” kata Nafsiah, di Jakarta, baru-baru ini.

Kemkes mencatat HIV pada anak usia 0-4 tahun sampai dengan Maret 2014 terus meningkat. Tahun 2013 sebanyak 759, naik dari tahun 2012 berjumlah 649, dan hingga Maret 2014 sudah 110 orang. Pada anak usia 5-14 tahun pun sama. Meningkat dari 2012 sebanyak 247 menjadi 316 (2013), dan maret 2014 sebanyak 48.

Sedangkan kasus AIDS cenderung menurun dalam rentan waktu yang sama. Pada anak usia 0-4 tahun masing-masing sebanyak 234 orang, 154, dan 8. Sedangkan usia 5-14 tahun masing-masing sebanyak 79, 59, dan 1 orang.

“Yang berdosanya kita, sebagian dari anak-anak ini ketika ditemukan sudah dalam keadaan AIDS,” kata Menkes.

Anak-anak ini terinfeksi dari ibu hamil yang juga positif. Tahun 2012 Kemkes melakukan test terhadap 40.866 ibu hamil, dan 1.264 di antaranya positif. Di 2013 dari 100.840 yang dites, 3.153 positif, dan sampai dengan Maret 2014 dari 27.888 yang dites, 278 ditemukan positif.

Sayangnya, kata Menkes, masih banyak perempuan yang enggan melakukan test HIV. Dikarenakan banyak hal, di antaranya takut diketahui suami, padahal tanpa sadar suami lah yang menularkan. Sebagian ibu hamil yang datang ke fasilitas kesehatan juga hanya untuk bersalin. Padahal dengan deteksi dini dan pengobatan ARV, penularan kepada bayi bisa dicegah.

Risiko penularan ibu ke bayi mencapai 30%, atau 1 dari 3 ibu hamil bisa menularkan kepada bayi. Risiko penularan ini akan bertambah jika kedua orang tua sama-sama positif, dan melakukan hubungan suami isteri tanpa kondom. Padahal risiko ini bisa ditekan hingga 3% hanya dengan ARV.

“Demikian pula anak yang sudah terlanjur lahir dengan HIV, bisa diobati dengan ARV. Sayangnya, sebagian orang tua juga tidak mau membawa anaknya untuk diperiksa,” kata Menkes.

Menurut Menkes, HIV/AIDS tidak lagi vonis mati. Buktinya, kematian akibat AIDS terus menurun setiap tahun. Pada 2004 angka kematian mencapai 16% dari seluruh kasus yang positif dan masuk pengobatan. Angka ini mulai menurun ke 13,5% (2005), 10,9% (2006) sampai ke 2013 hanya 1,6 %.

Menurut Menkes, sebagian besar yang mendapat ARV bisa hidup dengan kualitas baik. Namun, sekali ketularan HIV seumur hidup bisa menularkan.

Karena itu setiap orang yang mengetahui dirinya positif bertanggung jawab tidak menularkan kepada orang lain. Antara lain dengan mengubah perilaku, seperti hubungan seks aman, dan bila memakai alat suntik narkoba selalu yang steril.

Kemkes sendiri sudah melakukan berbagai upaya pencegahan ibu ke anak (PPIA). Di 26 rumah sakit sudah ada alat pemeriksaan deteksi dini HIV/AIDS. Semakin banyak pula rumah sakit yang bisa melakukan tes pada bayi baru lahir.

Saat ini terdapat 236 puskesmas yang sudah punya tenaga terlatih unuk pencegahan penularan ibu ke anak, di mana 166 di antaranya didukung oleh Gobal Fund, dan 93 kabupaten kota melaksanakan intensifikasi PPIA terintegrasi pada paternatal care.

Kemkes juga menjamin stok ARV untuk anak aman, dengan empat jenis rejimen, yaitu pediatric tiple FDC, pediatric dual FDC, ZDV 100 mg, dan ABC 300 mg.

Secara umum Kemkes juga membuat kebijakan melakukan test kepada semua ibu di daerah prevalensi tinggi, populasi kunci, penyakit kelamin, TBC kronis, dan semua pasangan yang salah satunya positif. Tetapi semua itu ditawarkan, tidak ada paksaan atau wajib.

Menurut Menkes, semua upaya sudah dilakukan pihaknya, namun, masih tingginya perilaku seks berisiko di kalangan pria menjadi tantangan besar. Diperkirakan ada 4,9 juta wanita yang berisiko karena menikah dengan 6,7 juta pria yang membeli seks.

Sekretaris Penanggulangan AIDS Nasional, Kemal Siregar, menambahkan penggunaan kondom untuk mencegah penularan sampai sekarang masih kontroversi. Kesadaran untuk menggunakannya masih sudah membaik, tetapi masih kurang.

Sumber : beritasatu.com