Suarakita.org- Kekayaan Indonesia berupa keberagaman suku, ras, agama merupakan anugrah yang harus tetap dijaga dan dilestarikan, namun kekayaan tersebut kini semakin memprihatikan. Pulau bira mejadi sebuah contoh bahwa kita kurang perduli terhadap indahnya keberagaman.
Our Voice bersama komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender LGBT, Jakarta, pada 31 Januari hingga 2 Februari 2014 mengadakan capacity building yang diselingi berkunjung ke pulau Bira besar, Kepulauan seribu.
Pulau Bira besar merupakan pulau yang berada pada gugusan pulau Seribu yang secara administratif termasuk dalam wilayah kabupaten administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Perjalanan menuju pulau Bira bisa ditempuh dengan mengunakan kapal motor tradisional dari Muara Angke, Jakarta utara, yang menghabiskan waktu tiga jam.
Sebelum sampai ke pulau Bira besar, kapal motor bersandar dipelabuhan pulau Harapan. Pulau harapan merupakan pulau transit. dipulau ini tersedia homestay/rumah yang disewakan untuk wisatawan. juga perahu-perahu nelayan disewakan bila ingin mengunjungi pulau-pulau lainya. kita bisa menyewa perahu nelayan.
Untuk menuju pulau Bira besar akan memakan waktu kurang lebih 20menit. Disepanjang perjalanan gugusan pulau-pulau dan birunya laut menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Deburan ombak berkejaran, hamparan pasir putih membentang disepanjang bibir pantai membuat kita bangga akan kekayaan bahari yang dimiliki bumi nusantara ini.
Sesampainya di pulau Bira besar batang kayu memanjang membawa kita kesebuah bangunan yang terlihat kokoh dari depan, namun rapuh didalam. Lima kursi besi yang berdebu diletakan tepat diruang tunggu, puing-puing bangunan berserakan diatas lantai, kursi dan meja lapuk dimakan rayap.
Pulau yang memiliki luas kurang lebih 29,13 Hektare ini kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal tepat disebelah kanan pulau bira besar berdiri kokoh papan nama bertuliskan “ Milik Patra Jasa”.
Menurut seorang penghuni pulau. Pada tahun 2000an Pulau Bira besar sempat menjadi tempat berlibur primadona yang paling banyak dikunjungi orang-orang berkantong tebal. Ini terbukti dengan adanya berbagai fasilitas penunjang yang cukup memadai diantaranya : kolam renang, landasan helipad, lapangan golf, lapangan tenis, kafetaria, serta 26 cottages. Selain memiliki keindahan pantai serta terumbu karang, pulau bira besar juga memiliki hutan dengan pepohonan yang rindang.
Namun sangat disayangkan segala fasilitas yang ada kini tidak lagi bisa digunakan, dari 26 cottages kini hanya 6 cotteges yang masih layak huni. dan nasib fasilitas penunjang lain-nya juga sama, sudah tidak layak digunakan. Dan bahkan bangkai kapal milik Patra Jasa dibiarkan mengotori pasir putih dipinggiran pantai.
Sebagai kota yang berinduk pada Jakarta, pulau Bira besar jika dirawat dan dikelola secara serius dengan melibatkan banyak pihak, ia tidak hanya menguntungkan bagi sektor ekonomi dan pariwisata, tapi juga memberikan wajah lain dari kota Jakarta yang selama ini dikenal sebagai kota belanja. selain itu menurut seorang penjaga pulau bira besar jika pulau tempat ini dibuka untuk umum sangat memungkinkan untuk menambahkan penghasilan penduduk pulau yang kini hanya berprofesi sebagi nelayan.(Yatnapelangi/Suarakita)