Search
Close this search box.
Ilustrasi : unaids.org
Ilustrasi : unaids.org

Ourvoice.or.id- Nasib malang dialami Mirza bukan nama sebenarnya, dan ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Pasalnya, bocah asal Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung ini selain mengidap HIV/AIDS, dia juga ditolak mendaftarkan sekolah di sebuah Taman Kanak-kanak (TK).

Bambang Setiadi, seorang pendamping ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), mengatakan, sebelumnya Mirza telah menjalani pendidikan di Paud di daerah Parakan. Akan tetapi saat tahun ajaran baru ini hendak melanjutkan ke jenjang TK, mendapat penolakan.

“Mirza tidak boleh melanjutkan ke TK Karena diketahui bahwa Mirza dan Ratih (bukan nama sebenarnya), ibunya ODHA. Dosakah Mirza, karena AIDS adalah hadiah dari ibunya. Sedangkan Ratih ibunya menerima AIDS sebagai mahar cinta suaminya,” katanya, Rabu (3/7).

Menurutnya, penolakan pihak sekolah bermula dari terungkapnya status ODHA Ratih. Mengetahui hal itu, para orang tua calon siswa menjadi resah, kemudian menekan pihak sekolah agar jangan menerima Mirza jadi siswa. Khawatir tak dapat siswa, pihak sekolah pun akhirnya menolak Mirza untuk melanjutkan pendidikan di TK. Sosialisasi yang diberikan sepertinya tidak mampu membendung keresahan wali murid yang takut tertular.

“TK menolak karena keresahan wali murid, takut tertular. Meski sosialisasi sudah disampaikan tapi permasalahan piskologis dan stigma masyarakat tentang AIDS memang bukan barang yang mudah dilenyapkan,” imbuhnya.

Kendati demikian, Bambang menyadari serba salahnya pihak sekolah. Jika menerima Mirza maka bisa jadi sekolahnya tutup manakala tidak ada muridnya. Namun, kini nasib Mirza untuk mengenyam pendidikan sebagaimana haknya sebagai warga negara Republik Indonesia pun akhirnya terampas.

Dia juga mempertanyakan komitmen Pemkab Temanggung untuk menangani HIV/AIDS, sebab tahun 2013 tidak ada anggaran untuk itu. Jika tahun 2012 kelompok dukungan sebaya (KDS Smile Plus) mendapat bantuan, tahun 2013 ini sama sekali tidak.

Salah satu pendiri KDS Smile Plus, Memey Rochtriyati yang juga seorang ODHA, beberapa waktu lalu kepada Suara Merdeka pernah mengungkapkan, perlakuan diskriminatif terhadap ODHA memang ada di masyarakat. Dia sendiri pernah di demo warga di mana dia pernah tinggal di suatu kampung wilayah Parakan.

Dijelaskan, jika ada orang mendiskriminasi dan terlampau ketakutan terhadap penderita HIV/AIDS karena tidak mengetahui latar belakang penderita HIV/AIDS, serta minimnya pengetahuan akan penyakit ini. Padahal tidak semua penderita memiliki latar belakang seperti pecandu narkoba atau pelaku seks bebas. Tapi bisa saja mereka  karena terpapar dari orang tua atau kaum perempuan tertular suami.

Sumber : suaramerdeka.com