Search
Close this search box.

Ourvoice.or.id. Hugo Chávez, mantan komandan pasukan tank Venezuela yang kemudian menjadi politisi populis, meninggal dunia pada usia 58 tahun karena komplikasi penyakit terkait kanker. Semasa pemerintahannya, Chávez memanfaatkan kekayaan minyak Venezuela untuk menentang Amerika Serikat.

“Kita mendapat kabar yang paling menyedihkan dan tragis,” kata Wakil Presiden Venezuela, Nicolás Maduro dalam pidatonya di stasiun TV nasional dengan suara terpatah-patah karena menahan tangis.

Nicolás Maduro muncul di Telesur untuk mengumumkan kematian Presiden Hugo Chávez.

Hanya empat bulan memasuki masa jabatan kepresidenan keempat, kematian Chavéz membuat Venezuela jatuh ke dalam ketidakpastian politik. Sementara Maduro diharapkan mengambil alih jabatan mendiang Chavéz hingga pemilu berlangsung 30 hari lagi, sejumlah pihak dalam partai berkuasa mengusulkan nama ketua parlemen Venezuela sebagai penggantinya.

Beberapa jam sebelum mengumumkan berita duka cita itu, Maduro menggambarkan bagaimana Venezuela dikepung oleh kekuatan asing yang bersekongkol. Ia menyiratkan penyakit kanker Chavéz adalah hasil perbuatan Amerika dan mengusir dua atase militer Amerika Serikat (AS) yang dituding tengah berupaya merusak kestabilan negara. AS menyangkal tuduhan itu.

Kematian Chavéz menjadi pukulan bagi pemerintahan populis di kawasan Latin Amerika, termasuk Bolivia dan Ekuador yang secara ekonomi mendapat bantuan dari Venezuela. Chavez juga memimpin kedua negara tersebut untuk menentang dominasi AS. Kematiannya berdampak besar bagi ekonomi dan politik Kuba yang selama ini mendapat pasokan minyak gratis bernilai miliaran dolar AS dari Venezuela.

Di ranah domestik, Chavéz meninggalkan bangsa yang terpecah karena kekacauan ekonomi, yang terpengaruhi oleh tingginya harga minyak.

Bagi sebagian warga Venezuela, Chavéz merupakan kutukan–seorang otoriter yang menyulut kebencian antar kelas demi mengejar perubahan yang ia sebut sebagai Revolusi Bolivar.

“Saya merayakan kematiannya karena ia telah banyak melukai Venezuela. Ia menyerahkan negara ini kepada orang-orang Kuba, ia menciptakan kriminalitas, banyak rumah sakit bangkrut,” ujar ibu rumah tangga bernama Lisbeth Aulasr, 57 tahun. “Tapi, saya yakin akan ada kekacauan.”

Namun, bagi sebagian besar warga Venezuela, Chavéz adalah juru selamat.

“Saya sungguh berduka. Ia telah melakukan banyak hal baik. Ia begitu berarti bagi kami,” ujar Xiomara de Avilan, pegawai toko sembako berumur 53 tahun. Sama seperti Aulasr, Xiomara merisaukan akan terjadinya ketidakstabilan negara. “Semoga mereka mematuhi Undang-undang Dasar dan segalanya akan baik-baik saja.”

Presiden AS Barack Obama menyampaikan pesan pendek atas kematian Chavéz dengan menawarkan perdamaian kepada “rakyat Venezuela.” Selain itu, Obama pun mengutarakan ketertarikannya untuk membina hubungan baik dengan pemerintah Venezuela.

Sumber : wsj.com