Ourvoice.or.id. Fawad, seorang pengasong di Kabul tidak tahu apa itu piala Oscar, sebelum film yang ia perani “The Buzkashi Boys” mendapat nominasi Academy Awards.
Fawad Muhammadi, 15 tahun, belum pernah melihat film barat, tapi ia pernah main di dalamnya. Mungkin, ia bisa hadir di acara pemberian hadiah Oscar di Hollywood, karena film “The Buzkashi Boys” ternominasi untuk Academy Award.
Biasanya Fawad Muhammadi mengasong peta kota di “Chicken Street” Kabul, yang banyak dikunjungi turis. Suatu hari, ia berkenalan dengan seorang sutradara Perancis yang kemudian menyarankan seorang rekan sutradara Amerika, Sam French untuk mengajak Fawad berperan dalam film pendek yang tengah dibuatnya “The Buzkashi Boys”.
Fawad sebenarnya bukan aktor. Ia bersama banyak anak seusianya bekerja sebagai pengasong. Fawad tinggal bersama ibu dan tujuh orang saudaranya di Kabul. Ayahnya meninggal ketika ia baru sepuluh tahun dan penghasilan yang ia dapat menghidupi keluarganya.
Lahirnya film “The Buzkashi Boys”
Kisah “The Buzkashi Boys” berawal di tahun 2008 dan terkait sebuah kisah cinta. Pasalnya, sutradara Amerika Sam French datang ke Afghanistan untuk bisa tinggal bersama pacarnya yang bekerja di Kedutaan Inggris. Namun ketika pacar itu pergi dari Kabul, French tidak ikut dan tinggal di Hindukush. 2009, ia menulis naskah ” The Buzkashi Boys” dan tiga tahun kemudian membuat filmnya.
Setelah dua hari casting, Fawad Muhammadi terpilih untuk memerankan salah satu dari dua peran utama. Pemuda Afghanistan itu sangat terkesan oleh keterlibatan Sam French yang ia anggap menjamin suksesnya film itu.
Walaupun begitu, bagi dia nominasi Oscar itu tetap mengejutkan. “Saya tahu, film ini istimewa karena banyak penonton yang menyukainya. Tapi saya tak menyangka akan masuk nominasi.” Ketika French menelponnya tentang ini, Fawad tak mampu menahan emosi dan air mata pun mengalir.
Olahraga Tradisional Buzkashi
“The Buzkashi Boys” adalah bagian dari “Afghan Film Project”, sebuah yayasan yang bertujuan mendidik sutradara Afghanistan, agar nantinya bisa membuat film sendiri. Kisah film itu berlatar olahraga tradisional Buzkashi, di mana 20 peserta yang menunggang kuda dan dalam keadaan lari kencang berebut mengangkat seekor kambing mati dari tanah. Peraturan mainnya hampir tak ada, karenanya siapa yang menang sulit diprediksi.
Film itu menceritakan persahabatan dua anak lelaki, yang satu anak jalanan dan yang seorang lagi adalah putra penempa sepatu kuda. Keduanya berusaha meraih impiannya untuk menjadi pemain Buzkashi.
Dalam realitanya, Fawad ingin menjadi pilot atau aktor. Dari kunjungannya ke Amerika ia mengharapkan tiga hal: berbicara dengan orang seusianya, mengunjungi sebuah sekolah dan bertemu langsung dengan “Rambo” Aktor Hollywood, Sylvester Stallone yang sangat terkenal di Afghanistan, terutama untuk perannya dalam “Rambo III”.
Pengasong yang Terkenal
Meski terkenal, Fawad Muhammadi masih mengasong di jalan-jalan Kabul. Namun ia tidak lagi hanya menjual peta kota, kini banyak turis yang juga ingin dipotret bersama. Kebanyakan anak-anak yang menjajakan dagangannya di “Chicken Street” menghasilkan kurang dari 1 dolar sehari. Fawad Mohammadi menghasilkan lima sampai 20 dolar sehari.
Untuk perannya dalam film “The Buzkashi Boys” ia diberi uang honor 1000 Dolar AS. Ia membelanjakan sepersepuluhnya dan sisanya diserahkan kepada ibunya.
Belum pasti memang, apakah Fawad akan berada di Dolby Theater, Los Angeles pada acara malam „Oscar“. Saat ini tim film “The Buzkashi Boys” tengah mengumpulkan sumbangan, agar ia dan rekan mainnya, Jawan Mard Paiz, bisa datang
Sumber : dw.de