Search
Close this search box.

Timothy Kurek, pura-pura menjadi gay untuk membangun empati terhadap kaum homoseksual (dok. Urban Christian News)
Timothy Kurek, pura-pura menjadi gay untuk membangun empati terhadap kaum homoseksual (dok. Urban Christian News)

11 Oktober lalu, kaum homoseksual di Amerika Serikat merayakan hari National Coming Out Day. Perayaan itu ditujukan bagi kaum homoseksual yang masih menyembunyikan orientasi seksualnya untuk memberanikan diri keluar dari “persembunyian” dan dengan bangga mengungkap identitasnya sebagai seorang homoseksual.

Tapi tidak bagi pria ini. Setelah setahun “coming out” sebagai seorang gay, dia justru mengaku “straight” hanya berpura-pura menjadi gay untuk merasakan pengalaman pahit yang dialami para kaum homoseksual.

Timothy Kurek, seorang pria asal Tennessee, Amerika Serikat, memutuskan untuk berpura-pura sebagai seorang gay sejak sahabatnya bercerita betapa sulitnya menjadi seorang lesbian di tengah keluarga dan lingkungan yang masih menganggap homoseksual sebagai hal yang tabu.

“Dulu saya selalu berkata pada teman saya yang gay, ‘Dengar, kalian ini pendosa dan harus bertobat untuk bisa masuk surga’. Saya begitu percaya akan adanya siksa berat bagi mereka,” ungkap Kurek kepada ABS News belum lama ini.

Pemikiran ini berubah saat seorang sahabat ‘curhat’ mengenai keluarganya yang menolak keberadaannya sebagai seorang lesbian. Saat itu, Kurek merasa harus mengambil tindakan.

“Rasanya seperti Tuhan menendang ulu hati saya. Dia menangis di pelukan saya, tapi yang saya pikirkan hanyalah bagaimana caranya untuk mengubah dia menjadi ‘straight’ kembali,” ujarnya.

Pengalaman itu mengubah pandangan Kurek terhadap kaum homoseksual. Tak lama sejak kejadian itu, Kurek memutuskan untuk berpura-pura menjadi seorang gay untuk memahami bagaimana perasaan kaum homoseksual.

Kurek paham betul, cap seorang gay akan mengubah hidupnya, namun pengalaman akan membuatnya lebih peka terhadap perasaan orang lain.

Untuk mendalami peran sebagai seorang gay, seperti dilansir Huffington Post, Kurek bahkan hobi nongkrong di gay bar, bekerja di cafe khusus gay, dan bergabung dengan tim softball kaum gay.

Hanya ada tiga orang yang tahu Kurek hanya berpura-pura, yaitu bibinya, sahabat, dan seorang teman pria yang berpura-pura sebagai kekasihnya.

Kurek menuturkan, orang yang paling syok dengan statusnya sebagai gay ialah sang ibu.

“Saya mengintip buku harian ibu saya dan dia menulis, ‘saya lebih baik mengidap kanker akut daripada memiliki anak gay,’” tuturnya.

Pengalaman Kurek selama setahun menjadi gay dituangkan dalam buku “The Cross in The Closet”. Sebagian hasil penjualan buku ini disumbangkan ke yayasan untuk remaja homoseksual yang kurang mampu. (rere/gur)

sumber : http://www.tabloidbintang.com