Search
Close this search box.

LENSAINDONESIA.CM: Sebuah lembaga think tank Israel memperingatkan, bahwa Iran mempunyai kemampuan luar biasa dalam bidang cyberwar dan mempunyai teknologi dunia maya yang dapat mengusir serangan cyber musuh yang menargetkan infrastruktur vital Iran.

Jurnal Israel Institute for National Security Studies (INSS) dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Gabi Siboni, Minggu (21/10/2012) dikutip Yediot Ahariot.

“Kemampuan Cyber Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) merupakan salah satu negara paling maju di bidang perang dunia maya,” terang Gabi.

Iran bekerja keras mengembangkan dan menerapkan strategi untuk operasi di dunia maya di tengah embargo Barat.

Pada Maret lalu, Pemimpin Tertinggi Revolusi Iran, Ayatollah Sayed Ali Khamenei mengatakan urgensitas pembentukan Cyber Council
dan menunjukkan bagaimana Iran mampu mengatasi serangan cyber musuh.

Artikel yang dimuat dalam INSS itu menyebutkan, bahwa Iran membentuk Cyber Council mempuntyai beberapa tujuan defensif.

Tujuan pertama adalah untuk menciptakan sebuah tehnologi selubung, “technological envelope” yang berfungsi melindungi infrastruktur
penting dan informasi sensitif dari serangan dunia maya seperti virus Stuxnet, yang merusak program pengayaan uranium Iran.

Misi Stuxnet adalah untuk menghancurkan sentrifus, dan kemudian menghancurkan dirinya sendiri.

Kedua, menghentikan dan menggagalkan unsur-unsur aktivitas dunia maya yang dilancarkan pihak oposisi dan para penentang Iran, karena
dunia maya adalah platform kunci untuk berkomunikasi, penyebaran informasi, dan pengorganisasian kegiatan anti-Iran.

Artikel tersebut juga mengklaim bahwa dalam kasus eskalasi perang Cyber Iran dan Barat, Iran kemungkinan besar akan melancarkan
serangan cyber terhadap infrastruktur penting di Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, termasuk infrastruktur energi, lembaga
keuangan, sistem transportasi, dan lain-lain. Namun Iran selama ini mengatakan, cyber negara itu hanya bersifat defensif.

Dalam rangka mewujudkan tujuan dan strategi itu, Iran telah mengalokasikan dana sekitar $1 miliar untuk mengembangkan dan memperoleh
teknologi dan merekrut para ahli cyber. Negara ini memiliki jaringan luas, lembaga penelitian pendidikan dan akademis yang
berhubungan dengan teknologi informasi, teknik komputer, teknik elektronik, dan matematika, kata artikel tersebut.

Dr Gabi Siboni adalah direktur untuk Program Urusan Militer dan Strategis di INSS (Israel) dan editor jurnal Israel Institute for
National Security Studies (INSS), dia juga bergabung sebagai tim peneliti di Institute for National Security Studies pada tahun 2005.
Dia juga mempunyai aktivitas luas di bidang keamanan dan militer.@it/tgm

sumber : http://www.lensaindonesia.com