Ourvoice.Jakarta – Setelah selesai membukukan kisah kisah perempuan penyintas pelanggaran HAM yang berjudul Payung Hitam Keadilan, Peace Women Across The Globe (PWAG) mendokumentasikan kisah perempuan penyintas dalam bentuk film dokumenter. Film dokumenter yang disutradarai oleh sutradara muda Chairrun Nissa ini mengambil dua kisah dalam buku Payung Hitam Keadilan yakni kisah Sumarsih yang merupakan ibu dari korban tragedi semanggi I dan Neneng yang tanahnya dirampas oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Film ini dibuat tahun 2011, untuk melawan lupa akan kasus kasus pelanggaran HAM.
Setelah menjelajah ke berbagai festival film nasional maupun internasional, film yang berdurasi tiga puluh menit ini, menyapa aktivis aktivis Bogor. Pemutaran film payung hitam dilaksanakan di Samdhana Institute, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada isu-isu lingkungan. Dalam pemutaran film kali ini, Sumarsih pun hadir berbagi cerita tentang kasus yang menimpanya. Sumarsih adalah salah satu tokoh di dalam film payung hitam. Setiap Kamis, Sumarsih melakukan aksi diam di depan Istana Negara menuntut keadilan. Meskipun keadilan belum datang namun ibu sumarsih tetap kokoh berdiri tiap Kamis menuntut pertanggung jawaban Negara dalam melidungi segenap tumpah darah Republik Indonesia.
“Saya hanya ingin agar pelanggaran hak asasi manusia tidak terjadi lagi di Indonesia” ujar ibu sumarsih ketika ditanya apa yang membuatnya tetap konsisten melaksanakan aksi Kamisan.(tgh)