Search
Close this search box.

Berbagai macam tradisi yang dilakukan oleh sejumlah daerah yang ada di Indonesia selama bulan Ramadhan menjelang sahur dengan tujuan untuk membangunkan warga untuk sahur. Tradisi bangun sahur diberbagai daerah seperti Pantura tradisi ini disebut dengan istilah komprekan, di daerah Cirebon disebut Obrok-Burok, di Jawa Timur disebut Tektekan, di Semarang itu disebut Dekdukan. Diluar Jawa tradisi bangun sahur juga ada seperti Gorontalo itu disebut dengan istilah Tumbilotohe,di Kalimantan tradisi bangun sahur diistilahkan dengan sebutan Bagarakan Sahur.

Menariknya di daerahku tepatnya di daerah pelosok Desa Mendahara Tengah, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi ada satu hal yang berbeda dari istilah bangun sahur di daerah yang ada Indonesia. Dimana tradisi turun menurun ini terus berlangsung pada bulan ramadhan yakni sahur pertama dan sahur terakhir, tradisi ini disebut “Tradisi Pernikahan Sesama Jenis”.

Mungkin anda bertanya-tanya seperti apa tradisi pernikahan sesama jenis yang merupakan hal yang sangat tabu bahkan dalam agama dilarang. Ini justru dalam bulan suci ramadhan, di daerahku justru diperbolehkan bahkan menjadi sebuah hal kewajibanbagi setiap RT/RW yang ada di desaku. Apalagi tradisi ini dijadikan perlombaan, dimana setiap RT/RW akan menggiring pasangan penganten sesama jenis keliling kampung dengan berbagai macam iringan penganten ada yang memakai iringan rebbana dengan membaca sholawat nabi. Ada yang melakukan iringan dengan bunyi musik, dan ada juga yang melakukan iringan dengan memukul alat-alat rumah tangga yang dijadikan alat musik.

Jangan protes dulu dengan “pernikahan sesama jenis” yang merupakan hal yang tabu bahkan dilarang dalam agama justru dibolehkan didesaku pada Bulan Suci Ramadhan.

Berikut penulis melakukan wawancara singkat dengan Kepala Desa terkait “tradisi pernikahan sesama jenis” yang dilakukan di desaku tepatnya di Desa Mendahara Tengah, Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Kepala Desa Mendahara Tengah Muhammad Yasin menuturkan tradisi pernikahan sesama jenis ini merupakan tradisi sejak awal berdirinya Kampung Lama Desa Mendahara sekitar puluhan tahun yang lalu, dimana tradisi ini menjadi populer dan terus dilakukan oleh warga setiap sahur pertama dan sahur terakhir. Kadang pada malam takbiran beberapa warga juga ada yang menampilkan pernikahan sesama jenis.

“Tapi jangan salah sangka, pernikahan sesama jenis ini Cuma dilakukan untuk menghibur dan menyemarakan dalam bulan ramadhan. Bukan pernikahan sebenarnya, dimana dua orang pemuda ada yang dihiasi menjadi penganten perempuan dan pemuda satunya dihiasi dengan penganten laki-laki yang kemudian digiring keliling kampung. Pernikahan sesama jenis ini hanya bersifat hiburan saja, bukan pernikahan sebenarnya,” ujar Kepala Desa menceritakan tradisi penganten Sesama jenis yang ada di Desa Mendahara Tengah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

M Yasin menambahkan, pernikahan sesama jenis ini juga dihiasi dengan pakaian adat yang berbeda-beda, sebab di Desa Mendahara Tengah terdapat berbagai macam etnis yakni Etnis Jawa, Etnis Bugis (Sulawesi Selatan), Etnis Banjar (Kalimantan), Etnis Padang (Sumatera Barat) dan Etnis Melayu. “Tradisi ini semakin modern, jika dulu iringan penganten sesama jenis dengan menggunakan arakan beduk dan alat-alat rumah tangga dijadikan musik. Saat ini iringan penganten dilakukan dengan iringan musik dengan berbagai macam aliran, rock, religi, dangdut, pop bahkan musik sesuai adat dari daerah masing-masing,” tegas Kepala Desa Mendahara Tengah ini.

Penasaran dengan tradisi seperti apa yang ada di daerah pelosok Desa Mendahara Tengah Kampung Lama, Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Anda bisa melihat dan menyaksikan langsung tradisi ini pada akhir ramadhan nanti, sebab tradisi awal ramadhan sudah dilakukan pada puasa pertama Sabtu 21 Juli 2012 kemarin. Penulis tidak bisa mengabadikan gambar-gambar yang ada pada acara tradisi tersebut, dikarenakan tidak pulang kampung. Akhir ramadhan nanti, penulis akan berusaha mengabadikan pernikahan sesama jenis yang diiringi keliling kampung dalam rangkan menyemarakan Bulan Suci Ramadhan menjelang sahur yang kemudian akan dipublikasikan di Kompasiana. Salam dan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa (***)(penulis Muhammad Samin)

sumber : http://sosbud.kompasiana.com