Search
Close this search box.

Masalah waria terutama mereka yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) menjadi persoalan dilematis bagi polisi. Menilik hotspot PSK waria yang kebanyakan terpusat di sekitar Terminal Tirtonadi Solo serta Kestalan, yang kerap dipusingkan oleh keberadaan mereka adalah petugas Polsek Banjarsari.

“Sebagian besar lingkungan kerja PSK memang berada di wilayah pantauan kami walau sebagian yang lain masuk ke Polsek Jebres,” jelas Kapolsek Banjarsari, Kompol Andhika Bayu Adhitama saat dihubungi Espos, Sabtu (16/6).

Untuk memberantas PSK jalanan, menurut Andhika, Polsek Banjarsari terkadang bersama Polres Solo tak henti melakukan razia. Oleh sebab itulah dia mengklaim lingkungan Kestalan saat ini bebas dari PSK baik itu yang berjenis kelamin wanita maupun waria. Saat Espos mengatakan kondisi seputar Kestalan masih marak PSK berdasarkan pantauan Rabu dan Jumat malam pekan lalu, Andhika mengaku tak tahu.

“Mungkin begini. Ketika mobil patroli lewat, mereka lari. Sesudah mobil kami pergi, mereka kembali lagi. Kalau seperti itu kan susah,” elaknya.

Lantas apakah masih maraknya PSK karena adanya jaminan keamanan dari kepolisian yang sudah mendapat sogokan, Andhika langsung tegas membantah. “Tidak. Kata siapa itu. Tak ada uang pungli. Tiap hari kami hanya patroli,” ujar dia.

Dalam razia PSK, tutur Andhika, mereka yang ditangkap biasanya diserahkan kepada Dinas Sosial untuk mendapatkan pembinaan. Ada juga kasus yang diteruskan ke PN karena misalnya mereka dianggap meresahkan masyarakat. Kasus yang masuk ke PN biasanya masuk kategori tindak pidana ringan. Dendanya tak seberapa.

Dilematisnya untuk PSK kategori waria, tambah Andhika, mereka sulit dimasukkan dalam dua penanganan tersebut. “Dinsos biasanya menolak karena waria bukan wanita. Sebaliknya, PN juga kebanyakan enggan karena status mereka kan tidak jelas. Jadi untuk mereka ini biasanya kami suruh bikin surat pernyataan. Isinya tidak akan mengulang lagi perbuatan yang meresahkan masyarakat, maksudnya ya tidak jadi PSK lagi,” ujarnya.

 sumber : www.solopos.com

Transgender issues, especially those who work as commercial sex workers (CSW) to issue a dilemma for the police. Given that most transsexual prostitutes hotspot centered around Terminal Tirtonadi Solo and Kestalan, which often they are confused by the presence of police officers Banjarsari.

“Most of the prostitutes working environment is our observation in the area although some others go to the Police Jebres,” said police chief Banjarsari, Commissioner Bayu Andhika EsposAdhitama when contacted on Saturday (16/6).

To combat street prostitutes, according to Andhika, sometimes with police Banjarsari Police raided Solo endlessly. That is why he claims Kestalan current environment free of PSK either-sex and transgender women. When Espos said conditions are still prevalent around Kestalan PSK based on the monitoring Wednesday and Friday evening last week, Andhika admitted to not knowing.

“Maybe so. When the patrol car passed by, they ran away. After we left the car, they come back again. If such was not easy, “elaknya.

So if the PSK is still rampant due to the security of the police who had received a bribe, directly Andhika vehemently denied. “Nothing. Who said it. There was no extortion money. Each day we just patrol, “he said.

PSK in the raid, said Andhika, those arrested are usually handed over to Social Services to obtain guidance. There are also cases forwarded to PN for example, they considered disturbing the public. Cases that go to the PN is usually categorized as misdemeanors. Penalties do not amount to much.

Dilematisnya for transvestite prostitutes category, add Andhika, they are difficult to be included in the handling of these two. “Dinsos usually rejected because transvestites instead of women. In contrast, PN also most reluctant to do because their status is unclear. So for this we usually tell them to make a statement. Its contents will not repeat the act of disturbing the public, meaning it no longer a prostitute, “he said.